Adrianus Asia Sidiot: Gaji Rp300 Ribu Untuk Guru Tak Manusiawi

JABARNEWS | JAKARTA – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar Drs. Adrianus Asia Sidiot, MSI mengatakan, kunci keberhasilan pendidikan terletak pada guru. Namun kata Adrianus, harus ada perhatian khusus dari pemerintah.

Hal tersebut dikatakan Adrianus menanggapi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim yang bakal fokus dikerjakan selama lima tahun ke depan yang salah satunya adalah peningkatan kualitas guru.

“Memang kunci keberhasilan kualitas pendidikan itu memang di guru. Jadi kalau ada perhatian yang khusus dari pemerintah kepada guru itu sangat tepat saya kira. Karena memang kuncinya di situ. Kualitas guru, kompetensinya, kapabilitasnya, kapasistasnya, itu harus memang dibenahi guru-guru ini,” ujar Adrianus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (30/10/2019).

Baca Juga:  LINMAS di Purwakarta Jadi Ujung Tombak Kamtibmas

Adrianus yang merupakan utusan dari Dapil Kalimantan Barat II ini mengatakan, sebenarnya pemerintah bukan tidak perhatikan kesejahteraan para guru. Tetapi pemerintah mempunyai kapasitas fiskal yang terbatas.

Baca Juga:  Kedubes Azerbaijan dan PWI, Lombakan Esai Kisah Cinta Laila Dan 'Si Gila' Majnun

“Sehingga formasi untuk pengangkatan guru itu juga akan dibatasi. Bukan tidak mau tetapi memang kemampuan finansial, kemampuan keuangan pemerintah (daerah) kan sangat terbatas,” tegasnya.

“Nah syukur-syukur sudah ada kebijakan bantuan operasional Sekolah (BOS) dan memang guru-guru honorer itu ya akhirnya memakai biaya bantuan dari operasional sekolah itu. Tapi memang bahwa gajinya hanya Rp 300 ribu, itu tidak manusiawi,” tambahnya.

Baca Juga:  Bunga Citra Lestari Umumkan Positif Covid-19, Jangan Anggap Enteng Penyakit Ini

Adrianus pun meminta pemerintah untuk memberikan perhatian khusus bagi para guru honorer yang telah bekerja minimal telah mengabdi selama lima tahun.

“Tapi memang harusnya pemerintah memberi perhatian khusus terhadap guru-guru honorer yang sudah mengabdi setidaknya paling tidak 5 tahun. Minimal itu kan. Mereka kan sudah ikut berpartisipasi dalam melahirkan generasi-generasi mudah dalam mempersiapakan yang berpendidikan,” tegasnya. (Odo)