Pemkab Bandung Imbau Warga Waspadai Fenomena La Nina

JABARNEWS | BANDUNG – Berdasarkan Surat Edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) (BMKG) pada 4 Oktober 2019, terdapat beberapa peristiwa gangguan cuaca atau iklim dengan skala global berupa La Nina lemah dari Bulan November 2019–Maret 2020.

Untuk diketahui, fenomena La Nina disebabkan oleh suhu permukaan laut pada bagian barat dan timur Pasifik yang menjadi lebih tinggi daripada biasanya. Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun yang mendorong pembentukkan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengimbau warganya untuk tetap waspada terhadap potensi bencana menghadapi musim hujan tahun ini. Pasalnya, Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Bandung merilis, puncak penghujan akan terjadi di Bulan Desember, dan peningkatan curah hujan kembali di Bulan Februari–Maret 2020.

Baca Juga:  Prajurit TNI Silaturahmi dengan Aparat Desa Cisaat

“Oleh karena itu, kami imbau kepada masyarakat Kabupaten Bandung untuk tetap waspada terhadap bencana yang sering muncul di musim hujan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes, dikutip Bagian Humas dan Protokol, Minggu (3/11/2019).

Guna menanggulangi potensi bencana alam, pihaknya telah mempersiapkan Tim Gerak Cepat (TGC) Klaster Kesehatan. Klaster kesehatan ini berfungsi dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, banjir bandang, pergerakan tanah atau longsor serta angin puting beliung.

Baca Juga:  Herry Dermawan Mengingatkan Ketahanan Pangan Jangan Sampai Menyengsarakan Petani

“Kami juga akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap peningkatan kasus penyakit panca roba dan musim penghujan melalui surveilans ketat penyakit pada kunjungan pasien ke puskesmas dan rumah sakit,” ungkap Grace.

TGC Klaster Kesehatan berfungsi dalam menyiapkan petugas kesehatan, obat–obatan, vaksin, kendaraan dan sarana prasarana pendukung lainnya, seperti Alat Perlindungan Diri (APD) untuk kesiap siagaan penanggulangan bencana.

“Kasus penyakit tersebut biasanya akan meningkat ketika pancaroba seperti saat ini. Jika sampai terjadi bencana, kami akan segera melakukan penilaian cepat RHA (Rapid Health Assesment). Kegiatan ini dilakukan untuk menilai kondisi kesehatan SDM yang berada di pengungsian,” katanya.

Baca Juga:  Jelang Pemilu 2024, DPRD Jawa Barat Ingatkan Ini

Tak hanya itu, ia juga meminta agar masyarakat tetap menjaga lingkungan. Pasalnya, kerusakan lingkungan dapat meningkatkan risiko bencana alam.

“Seperti yang kita ketahui bersama, salah satu penyebab terjadinya bencana adalah kerusakan alam. Maka dari itu, kami mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan, terlebih tidak membuang sampah ke sungai,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit diare, DBD (Demam Berdarah) chikungunya, lepotospirosis, infeksi kulit serta penyakit saluran pernapasan melalui surveilans ketat berbasis masyarakat. (Red)