Menilik Tradisi Siraman Gong Sekati di Kesultanan Keraton Kanoman

JABARNEWS | CIREBON – Tradisi siraman gong sekati tiap tahun selalu ada sebagai rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Lebih dari itu, siraman gong sekati bukan hanya ritual seremoni semata, tapi punya filosofi dan makna.

Keraton Kanoman Cirebon, Jawa Barat pada setiap 9 Maulud atau Rabiulawal melakukan ritual “Nyiram gong sekati” sebagai upaya untuk merawat tradisi para leluhur.

“Nyiram gong sekati ini merupakan tradisi Kesultanan Keraton Kanoman sejak dahulu,” kata juru bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina di Cirebon, Rabu (6/11/2019).

Baca Juga:  Inilah Beberapa Figur Muda Layak Jadi Menteri Menurut Pengamat

Ia menuturkan “Nyiram gong sekati” dilakukan setiap 9 Maulud atau Rabiulawal, di mana hal tersebut salah satu rangkaian dari prosesi memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Gong sekati” yang dicuci, kata Arimbi, yaitu satu rangkaian alat musik gamelan yang antara lain terdiri atas gong, demung, saron, dan peking. Rangkaian alat musik gamelan itu oleh para leluhur dari Keraton Kanoman dinamakan “Gamelan Sekaten” yang merupakan alat musik pada zaman dahulu untuk mengajak masyarakat sekitar membaca syahadat.

Baca Juga:  Pj. Bupati Purwakarta: Sudut Baca, Tingkatkan Literasi Masyarakat

“Gamelan Sekaten yang dicuci itu merupakan alat musik yang dahulu digunakan untuk menyiarkan agama Islam di tanah Cirebon,” ujarnya.

Gamelan tersebut, lanjut Arimbi, sudah berumur ratusan tahun dan sampai saat ini masih terawat serta berfungsi seperti sediakala. Pada setiap Maulud, setelah gong tersebut dicuci kemudian dibunyikan sampai malam 12 atau puncak tradisi Mauludan.

“‘Gamelan Sekaten’ dibunyikan mulai hari ini sampai nanti pas malam tanggal 12 Bulan Maulud di jam-jam yang sudah ditentukan,” katanya.

Rangkaian siraman gong sekati juga sebagai upaya menjaga benda pusaka yang usianya hampir 7 abad itu. Gong sekati adalah seperangkat media yang digunakan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Cirebon.

Baca Juga:  Vans Merilis Sneakers Frida Kahlo

Dari tradisi ini, Patih mengajak masyarakat Cirebon untuk kembali mengingat akan kesantunan dan perjuangan Sunan Gunung Jati melakukan syiar Islam melalui pendekatan seni dan budaya.

“Setidaknya lewat siraman gong sekati ini, masyarakat tergugah dan bangga Cirebon punya tradisi sejak ratusan tahun lalu yang masih dijaga sampai sekarang,” terangnya. (Red)