PKS Minta Pemerintah Genjot Sektor Perindustrian

JABARNEWS | JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS, Ecky Awal Mucharam meminta pemerintah untuk menggenjot sektor perindustrian untuk menjadi penopang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya.

“Perlambatan kinerja industri pengolahan semakin dalam dan terus bertahan, pemerintah perlu upaya ekstra untuk menjawab tantangan ini,” ujar Ecky di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (6/11/2019).

Ecky menjelaskan berbagai indikator terus mengonfirmasi kondisi tersebut. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia, misalnya, telah menurun sejak lama.

Baca Juga:  Buntut PPKM, Pemkot Bandung Dituduh Lepas Tangan, Sekda: Aturan Kami Sesuai Pusat

PMI mencerminkan keyakinan para manager bisnis di sektor manufaktur. Pada Triwulan I-2019, PMI masih sekitar 50,4; dan menjadi 50,86 pada triwulan II-2019. Sementara itu pada triwulan III-2019, PMI hanya 49,23. PMI Oktober 2019 hanya 47,7.

Sebagaimana diketahui, nilai PMI ditetapkan 50; jika di atas 50 maka sektor manufaktur cenderung berekspansi; sedangkan di bawah 50 berarti sektor manufaktur berkontraksi.

Baca Juga:  Tak Terima Keputusan KPU Bandung, Duriat Akan Lapor ke Panwas

Selain PMI kata Ecky, ukuran paling nyata yang dapat menunjukkan penurunan performa industri manufaktur adalah indikator pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Lihat saja, pada 2015, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB masih sekitar 20%-an; sedangkan pada Triwulan II-2019 hanya 19,5%.

“Dampak lain dari deindustrialisasi muncul lewat lonjakan sektor-sektor informal, karena tenaga kerja yang dirumahkan dari sektor industri cenderung meningkat,” tegasnya.

Baca Juga:  Konser Inspirasi CInta Yovie Akan Kolaborasikan Raisa dan Tulus di Bandung

Ecky khawatir, perlambatan kinerja sektor industri pengolahan, mempercepat deindustrialisasi dini. Jadi, fenomena deindustrialisasi dini itu sangat nyata. Deindustrialisasi dini menyebabkan ekonomi nasional tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan ekonomi maksimal, penyerapan tenaga kerja hingga pemanfaatan sumberdaya sehingga implikasinya sangat signifikan.

“Salah satu pekerjaan yang paling mudah adalah bergerak di sektor informal. Kalaupun mau berwirasausaha, mereka terkendala masalah yang rumit, mulai dari skill hingga permodalan”, tutupnya. (Odo)