Ribuan Masyarakat Hadiri Tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon

JABARNEWS | KOTA CIREBON – Ribuan orang menghadiri pelaksanaan tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Minggu malam (10/11/2019).

Dari pantauan Jabarnews.com pelaksanaan tradisi Panjang Jimat yang dilaksanakan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan Cirebon dihadiri beberapa pejabat dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Bupati Cirebon.

Selain itu tradiri Panjang Jimat tidak hanya dihadiri warga Cirebon saja, tapi juga masyarakat dari luar daerah, seperti Majalengka, Indramayu, Kuningan, Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, Bandung, bahkan dari Semarang, Jakarta dan Banten.

Sultan Sepuh ke XIV, Keraton Kasepuhan Cirebon PRA. Arief Natadiningrat dalam sambutannya mengatakan bahwa ritual keramat prosesi Panjang Jimat diantaranya berisi arak-arakan nasi tujuh rupa atau Nasi Jimat yang melambangkan hari kelahiran manusia dari Bangsal Jinem yang merupakan tempat sultan bertahta ke masjid atau mushala keraton.

Baca Juga:  Empat Skill Fotografer Yang Mesti Dimiliki Selain Motret

“Nasi Jimat itu diarak dengan pengawalan barisan abdi dalem yang membawa symbol-simbol,” kata Sultan.

Sultan menjelaskan, barisan pertama dalam membawa Nasi Jimat adalah pembawa lilin, yang bermakna penerang. Lalu iring-iringan pembawa perangkat upacara seperti manggaran, nadan dan jantungan, yang melambangkan kebesaran dan keagungan.

Selanjutnya, berturut-turut iringan pembawa air mawar dan kembang goyang, perlambang air ketuban sebelum lahirnya cabang bayi dan usus atau ari-ari yang mengakhiri kelahiran.

Kemudian iring-iringan pembawa air serbat yang disimpan di 2 guci yang melambangkan darah saat bayi dilahirkan. Lalu 4 baki yang menjadi lambang 4 unsur yang ada dalam diri manusia, yakni angin, tanah, api dan air.

Baca Juga:  Sulit Dapat Tandatangan Bupati, Ratusan Atlet Subang Terancam Gagal Ikut Porpov Jabar 2022

Setelah iring-iringan pengawal lengkap berkumpul di Bangsal Prabayaksa, arak-arakan menuju Langgar Agung sejauh 100 meter. Arak-arakan yang keluar dari Bangsal Prabayaksa disambut di luar keraton oleh pengawal pembawa obor.

“Ini merupakan lambang kelahiran bayi Muhammad pada malam hari yang kemudian menjadi manusia agung. Arak-arakan ini menuju Langgar Agung (mushala),” jelasnya.

Selain itu tambah Sultan, Nasi Jimat Tujuh Rupa dibuka berikut sajian makanan lain termasuk makanan yang disimpan dalam 38 buah piring pusaka.

Piring pusaka dikenal amat bersejarah dan paling dikeramatkan karena merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati, yang berusia 700 tahun.

Selain itu, di Langgar Agung dilakukan shalawatan serta pengajian kitab Barzanji hingga tengah malam. Pengajian dipimpin Imam Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan.

Baca Juga:  Bendungan Cipanas Sumedang Tuntas, Basuki Hadimuljono: Untuk Irigasi Pertanian

“Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW merupakan warisan nenek moyang kita. Sekitar 700 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad selalu merayakan Maulud dengan berbagai upacara. Tujuannya dari kegiatan ini semata-mata agar umat muslim selalu ingat dan meneladani Nabi Muhammad SAW,” ucap Sultan.

Untuk diketahui, selain di Keraton Kasepuhan Cirebon, kegiatan serupa juga dilaksanakan di sejumlah tempat, seperti di Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan kompleks makam Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pendiri kasultanan Cirebon. (One)