Pemprov Jabar Bantah Bandara Husein Sepi Penumpang

JABARNEWS | BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat menampik pemindahan sejumlah rute peberbangan di Bandara Husein Sastranegara ke BIJB Kertajati berpengaruh terhadap penurunan wisatawan khususnya mancanegara di Kota Bandung.

Bantahan tersebut muncul terkait data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung yang mencatat, terdapat penurunan 150 ribu wisatawan sepanjang 2019 (hingga pertengahan Oktober). Itu berpegaruh terhadap penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung yang 33 persennya disokong sektor pariwisata khususnya oleh wisatawan Malaysia dan Singapura.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jabar Hery Antasari menegaskan bahwa klaim tersebut harus berdasarkan kajian teknokratis dan akademis. Pasalnya, Hery mengaku data yang ia terima menyebutkan bahwa angka 150 ribu tersebut (tepatnya 155 ribu orang) merupakan jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Bandung dalam satu tahun.

Baca Juga:  Tiga Penyebab Jantung Koroner, Salah Satunya Jarang Olahraga

“Dan 155 ribu ini, kalau dilihat month to month Juli-Agustus pada rentang yang sama di 2018 dan 2019, justru ada peningkatan. (Juli-Agustus) itu di bulan-bulan ada penerapan penataan rute,” kata Hery dalam keterangan tertulis, Kamis (31/10/2019).

“Sementara penerbangan internasional ‘kan tidak dipindahkan dari Husein. Jadi harus pakai data, kaji lagi. Kalau ada data, itu malah menjadi masukan bagi kami,” tambahnya.

Terlebih, data yang ada menunjukkan bahwa penerbangan di Bandara Husein saat ini malah bertambah, baik jumlah rute tujuan maupun frekuensi per rutenya. Terakhir, ada penambahan rute ke Banyuwangi.

Baca Juga:  Camat Terbaik Bandung Disekolahkan Ke Seoul Korea Selatan

Dishub Jabar, lanjut Hery, sangat terbuka untuk menerima hasil kajian jika terbukti menyebutkan adanya pengaruh Bandara Kertajati terhadap penurunan wisatawan dan PAD Kota Bandung. Hal itu penting untuk menentukan kebijakan dalam mengembangkan Kertajati ke depan.

“Kita semua pemerintah semua level dan warga Jabar harus memperjuangkan Kertajati sebagai bandara utama. Tapi jika begini, ini sudah ada pelemahan karakter dan opini tentang Bandara Kertajati. Kalaupun ada (pengaruh), seberapa jauh? Saya kira bukan faktor utama. Tolong kaji lagi,” tutur Hery.

Menurutnya, mungkin saja tendensi penurunan sektor pariwisata ini memang fenomena nasional. Indikasinya, kata Hery, yakni banyaknya keluhan yang sama dari pengusaha sektor ini di tujuan wisata lain di Indonesia, salah satunya Bali. Termasuk, kemungkinan pengaruh tingginya tarif tiket penerbangan sebagai penyebab utama.

Baca Juga:  Polres Cirebon Kota Gelar Rajia Miras

“Dan pada Juli (2019) itu, Pak Wali Kota sangat positif terhadap penataan rute ini karena beliau melihat jangka panjang dan menengahnya untuk Kota Bandung,” imbuhnya.

Hery pun menegaskan, keberadaan BIJB Kertajati merupakan wujud konektivitas di Jawa Barat antara pusat-pusat ekonomi untuk percepatan pembangunan dan pemerataan pembangunan.

“Keunggulan Kertajati mampu menjadi hub maskapai besar, mengkoneksikan ke global dan nasional jauh lebih baik dari Bandara Husein. Nanti juga ada Aerocity-nya. Ekonomi Jabar, termasuk Bandung Raya, juga akan lebih melompat dengan adanya Kertajati, pembangunan juga akan merata,” jelas Hery. (Red)