Jabar Peringkat Pertama Provinsi Intoleran, Wagub Uu: Saya Tak Sepakat

JABARNEWS | BANDUNG – Hasil survei SETARA Institut yang menyebut Jawa Barat sebagai daerah paling intoleran. Dari 10 provinsi, ada 629 peristiwa intoleransi yang disebut paling tinggi dan terjadi di Jawa Barat.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum tidak sepakat dengan hasil survey tersebut. Pasalnya mayoritas masyarakat di Jawa Barat adalah pemeluk agama Islam, di mana sejumlah daerah Islamnya sangat kental dan religius. Ketika masyarakat di suatu daerah semakin religius, mereka dinilai akan mampu menghargai berbagai perbedaan.

Baca Juga:  Kasus Positif COVID-19 Meningkat Tajam, Jawa Barat Terdepan

“Justru masyarakat yang religius adalah memahami dan melaksanakan agama. Dalam agama kita diajarkan terkait toleransi,” kata Uu kepada wartawan di Bandung, Selasa (26/11/2019).

Selama menjabat Bupati Tasikmalaya dan sekarang Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu belum pernah mendengar adanya perundungan dari masyarakat muslim terhadap etnis tertentu. Selain itu, warga non-muslim di Jawa Barat pun selama ini tidak ada yang mengadukan adanya persekusi.

Baca Juga:  Tulang Rusuk Kanan Kalian Terasa Sakit? Bisa Jadi Ini Penyebabnya

“Misal non-muslim dikafir-kafirkan dan dicemoohkan, kayaknya tidak ada,” ujarnya.

Kendati demikian, Uu mengakui jika anggapan Jawa Barat sebagai daerah intoleran telah ada sejak lama, namun tidak pernah terbukti. Bahkan, saat dirinya menjabat Bupati Tasikmalaya pun sempat tiga kali didatangi Komnas HAM untuk mengklarifikasi anggapan tersebut.

Maka dari itu, lanjut Uu, dirinya merasa heran dengan hasil survei SETARA Institut yang menyebut Jawa Barat paling intoleran. Terlebih, dalam beberapa tahun ke belakang terdapat sejumlah provinsi yang justru diberitakan media massa karena banyak kejadian yang mencerminkan intoleransi.

Baca Juga:  Disdik Minta Orangtua Aktif Larang Anak Bawa Kendaraan

“Kalau dilihat provinsi lain ada beberapa kejadian di dalam berita, apakah terjadi gak di Jabar? Kan tidak ada. Makanya ini heran, di sini tidak ada tapi kenapa kami yang paling tinggi,” pungkasnya. (RNU)