Marak Teror Ular, Ini Cara Antisipasi Ala DPKPB Purwakarta

JABARNEWS | PURWAKARTA – Akhir-akhir ini di wilayah Kabupaten Purwakarta marak diteror ular yang masuk ke pemukiman warga dan membuat sebagian masyarakat resah. Ular ini meneror warga di berbagai tempat.

Dari beberapa kasus ditemukannya ular, tempat penyimpanan barang bekas hingga tumpukan baju menjadi tempat yang nyaman bagi ular untuk menetaskan telurnya dan kemudian berkembang biak.

Mengantisipasi teror ular tersebut, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Wahyu Wibisono, mengatakan dalam satu tahun, rata-rata ular mengalami satu musim kawin di awal musim kemarau. Biasanya ular-ular besar keluar untuk bereproduksi dan musim menetas di awal musim hujan.

Menurut pria yang akrab disapa Wibi, curah hujan yang tinggi yang dapat merendam sarang-sarang ular yang berada di gorong-gorong, sawah dan sungai. Cuaca dingin sangat berpotensi agar ular bermigrasi mencari lokasi yang hangat dan nyaman. Selain itu, suhu ruangan hangat dan lembab cenderung disukai oleh ular untuk tempat menetaskan telur.

Baca Juga:  Hengky Kurniawan Merapat PDIP, Ini Tanggapan Wasekjen Demokrat

“Mengapa berimigrasi? Karena ular adalah satwa yang berdarah dingin. Sehingga ular tidak bisa memproduksi kalori (energi) di dalam tubuhnya dan mengharuskan mencari tempat hangat,” jelasnya, Saat dihubungi melalui selulernya, Selasa (16/12/2019).

Diketahui, pergantian musim dari kemarau ke musim penghujan menjadi waktu yang tepat untuk jenis hewan melata seperti ular untuk berkembang biak.

“Memang saat ini waktunya ular berkembang biak, tinggal kita nya saja harus waspada dengan menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan di sekitar kita. Seperti kita menganggap tumpukan barang bekas adalah hal biasa, tapi bagi ular justru itu tempat yang nyaman untuk menetaskan telurnya” ujar Wibi.

Baca Juga:  Jelang Masa Jabatan Berakhir, Kekayaan Bupati Subang Menurun Drastis

Meski begitu, lanjut Wibi, jangan menyalahkan ularnya apalagi membunuhnya. Karena tentu saja hal itu terjadi juga bukan kehendak si ular tersebut. Alih pungsi lahan hingga kebakaran hutan menjadi salah satu alasan ular pindah dari habitat yang seharusnya.

“Kita lihat sekarang sawah atau kebun-kebun sudah banyak menjadi kawasan pabrik dan perumahan, terus hutan dan lahan banyak yang terbakar. Wajar jika ular kehilangan habitatnya dan pindah ke pemukiman warga. Dan kasus yang belum lama terjadi, rumah warga itu tepat di sekitar sawah,” ungkapnya.

Diketahui, proses berkembang biak nya se ekor ular bisa menhabiskan waktu antara satu hingga dua bulan. Dengan ditemukannya beberapa kasus anak ular di rumah warga, bisa diketahui jika berpindahnya ular tersebut sudah sejak akhir musim kemarau lalu.

Baca Juga:  Disdik Jabar Tegaskan Tak Ada Perpeloncoan saat MPLS

“Induk ular ini bisa diprediksi, imigrasi nya itu sekitar dua bulan lalu dan sekarang waktunya menetaskan telur- telurnya” jelasnya.

Seperti kasus sebelumnya, ditambahkan Wibi, se ekor ular jenis piton dengan panjang sekitar tiga meter lebih ditemukan saat terjadinya kebakaran lahan di wilayah kecamatan Bungursari. Tidak hanya itu, dari beberapa peristiwa kebakaran ditemukan hewan melata lainnya seperti biawak dan jenis ular lainnya.

“Setelah hutannya kita padamkan ada ular berukuran besar dan panjang dalam keadaan mati terpanggang, kasihan sekali,” jelasnya.

Pada peralihan musim kali ini, diketahui pihak DPKPB sudah menerima sebanyak delapan laporan warga terkait adanya ular yang masuk ke rumah dengan jenis ular piton, kobra dan jenis ular lainnya

“Dan semuanya itu berhasil kita evakuasi,” pungkasnya. (Gin)