Belajar di Kantor Desa, Siswa SD Malangnengah Ngeluh Tidak Fokus

JABARNEWS | PURWAKARTA – Sebanyak 261 murid Sekolah Dasar Negri (SDN) Malangnengah 1 terpaksa belajar di Kantor Desa Malangnengah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta pasca penggusuran bangunan sekolah karena mega proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

“Belajar di sini enggak enak, enggak fokus,” kata Sendy Sopian (10) Pelajar kelas 4 di SDN Malangnengah 1, Saat ditemui tengah memasuki jam istirahat sekolah, Selasa (7/1/2020).

Dengan fasilitas ruangan yang seadanya para siswa tersebut selalu berusaha tetap fokus belajar. Meskipun selalu mengelukan tentang kelayakan fasilitas sekolah.

Baca Juga:  Tiga Warga Majalengka Ditemukan Tewas Di Sungai Cimanuk

“Terkadang berisik, tapi tetap fokus belajar saja. Saya inginkan ruang kelas yang seperti dulu. Ingin cepat pindah lagi lah,” ungkap pelajar itu dengan polos.

Sementara, salah seorang guru di SDN 1 Malangnengah, Aja Saptya, mengaku kegiatan belajar mengajar di kantor Desa dirasakan terganggu dan tidak memenuhi syarat.

“Kalau memang terganggu ya memang terganggu dan tidak memenuhi syarat belajar mengajar, karena darurat ya jadi apa adanya,” ungkapnya saat ditemui disela-sela kegiatanya.

Baca Juga:  Siapkan Rp25 Miliar, Garut Akan Bangun Stadion

Aja mengungkapkan pemindahan kegiatan belajar ke Kantor Desa Malangnengah sebelumnya sempat mendapatkan informasi tepatnya setahun lalu bahwa bangunan ini akan dirobohkan dan sementara belajar di kantor desa.

“Ya memang di sana (SDN 1 Malangnengah) berdiri di tanah milik desa dan kami seolah menumpang. Sekarang sambil menunggu bangunan baru di tanah relokasi kami sementara belajar dahulu di kantor desa,” imbuhnya.

Bangunan SDN 1 Malangnengah yang baru ini berjarak 1,5 kilometer dari bangunan yang sebelumnya. Bangunan yang hendak dibangun memiliki luas 8.000 meter dan hanya 4.000 meter yang hendak dibangun.

Baca Juga:  Menyoal Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ridwan Kamil: Kecewa Luar Biasa!

“Nanti akan ada 12 ruangan kelas, kantor, musala, dan perumahan buat guru,” ujarnya.

Ketika disinggung terkait persetujuan orangtua siswa, Aja mengaku mereka tak menyetujui bangunan dirobohkan dan mesti pindah. Tetapi, setelah diberikan pengarahan dan pemahaman, akhirnya orangtua siswa dapat mengerti.

“Di sini total murid ada 261 anak dan paling jauh ada yang dari desa tetangga yakni Desa Sukamaju yang jarak tempuh 1 kilometer,” singkatnya. (Gin)