Ketua DPRD Ciamis Akan Laporkan Perhutani ke Kementerian BUMN

JABARNEWS | CIAMIS – Ketua DPRD Kabupaten Ciamis, Nanang Permana mengatakan banjir bandang yang terjadi di tempat wisata Cadas Ngampar di Sungai Cileueur, Desa Gunungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat diduga disebabkan aktifitas pihak Perhutani.

Aktifitas Perhutani dengan menanam pohon Pinus di hulu Sungai Cileueur, menyebabkan terjadinya longsor saat hujan dan berakibat terjadinya banjir bandang yang terjadi pada, Jumat (17/1/2020).

“Longsor yang terjadi diduga akibat adanya penanaman pohon Pinus yang dilakukan pihak Perhutani di hulu Sungai Cileueur yang terletak di kawasan kaki Gunung Sawal,” kata Ketua DPRD Kabupaten Ciamis, Nanang Permana, saat meninjau Wisata Cadas Ngampar, Sabtu (18/1/2020).

Nanang menilai penanaman pohon Pinus kurang efektif untuk menyerap air, makanya terjadilah longsor. Disamping itu pohon Pinus mengandung bahan minyak, sehingga jika terbakar sulit untuk dipadamkan.

Baca Juga:  Cerita Korban Banjir di Kota Tebing Tinggi, Terparah Sejak 3 Tahun Terakhir

Harusnya diantara sela-sela pohon pinus ditanami pohon buah-buahan atau sayuran, karena di puncak Gunung Sawal merupakan kawasan Suaka Margasatwa.

“Untuk keberlangsungan ekosistem Suaka Margasatwa, pihak Perhutani harus lebih peka lagi, jangan sampai merusak kawasan tersebut dan tidak dirasakan mamfaatnya oleh masyatakat,” ujar Nanang.

Nanang menegaskan bahwa DPRD Ciamis dengan Pemerintah Kabupaten Ciamis pada 31 Desember 2018 lalu sudah menetapkan Gunung Sawal sebagai Hutan lindung dan Hutan Konservasi serta Taman Hutan Raya. Dimana Hutan Konservasi tidak ada boleh orang yang masuk, termasuk pihak Perhutani pun tidak boleh, jika ada orang yang masuk ke Hutan Konservasi dan mengambil yang ada di dalamnya maka akan dihukum.

Manfaat ekonomi dari hutan, ujar Nanang, bukan diukur dari seberapa besar uang yang didapat dari hasil hutan kayu, tapi harus diukur dari seberapa mudah rakyat dapat mengakses sumber air dengan secara gratis untuk kehidupan dan pertaniannya.

Baca Juga:  Buntut Panjang Kasus Tajudin Tabri, Golkar Kota Depok Sampai Bentuk Tim Investigasi

Nanang menilai bahwa Perhutani telah menghasilkan uang milyaran dari getah yang telah mereka kelola, dengan resiko air habis, sehingga jutaan masyarakat dirugikan, karena Gunung Sawal tidak menjadi lagi sumber mata air.

Selain itu, tambah Nanang, kerjasama pihak Perhutani dengan pengusaha kopi dalam penanaman Kopi di Gunung Sawal dinilai salah kaprah, tanaman kopi itu tidak bisa menyimpan cadangan air, yang ada malah menyedot sumber air, sehingga masyarakat tidak kebagian sumber air dari Gunung Sawal.

“Dengan kebijakan Perhutani yang dinilai merugikan masyarakat, Saya akan melaporkan pihak Perhutani ke Kementrian BUMN, agar Perhutani tidak ada di Kabupaten Ciamis. Masyarakat Ciamis tidak diuntungkan, ada masyarakat yang menebang kayu satu pohon atau dua pohon, pihak Perhutani malah menebang ribuan pohon,” tegasnya.

Baca Juga:  Evakuasi Rombongan Kapolda Jambi Tertunda, Ini Penyebabnya

Untuk diketahui, banjir bandang setinggi 3 meter terjadi di tempat wisata Cadas Ngampar yang terletak di Sungai Cileueur, Desa Gunungsari, kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jumat petang (17/1/2020) sekitar pukul 17.30 WIB.

Akibat luapan banjir bandang tersebut, sejumlah fasilitas seperti saung dilaporkan hanyut. Selain itu sawah milik warga dengan seluas 0,5 Hektare pun rusak diterjang banjir.

Tidak hanya itu, kolam ikan milik warga dilaporkan jeubol dan ribuan ikan hanyut terbawa arus air banjir, serta jalan jembatan Sungai Cileueur juga mengalami retak-retak akibat derasnya debit air sungai yang semakin membesar. (Tny)