Pemprov Jabar Targetkan 30 Desa Wisata Baru di Tahun 2020

JABARNEWS | BANDUNG – Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menyatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar menargetkan ada 30 Desa Wisata baru pada 2020.

Selain mendorong sektor pariwisata, Desa Wisata sekaligus bertujuan meningkatkan ekonomi warga desa karena terlibat secara langsung. Fokus Pemda Provinsi Jabar kepada desa ini pun bagian dari upaya memajukan Indonesia.

Pasalnya, desa adalah ujung tombak pembangunan sehingga salah satu indikator kesuksesan program pembangunan terwujud dari sejahteranya warga di desa.

“Wisata di Jawa Barat sedang dikembangkan secara maksimal. Bapak Gubernur (Ridwan Kamil) ingin, desa menjadi destinasi wisata. Di tahun 2020, Pemda Provinsi Jabar menargetkan hadirnya 30 Desa Wisata baru,” kata Uu saat menghadiri pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI) Jabar Periode 2020-2024 di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (30/1/2020).

Baca Juga:  Kasus Covid-19 Alami Peningkatan, Ema Sumarna Minta Warga Kota Bandung Jaga Kesehatan dan Pakai Masker

Dengan kepengurusan yang baru ini, Uu pun mengajak ASIDEWI Jabar untuk menjadi mitra pemerintah dalam mengembangkan Desa Wisata serta mempromosikan destinasi wisata di Jabar.

“Kepengurusan baru ASIDEWI harus ngabret mengembangkan Desa Wisata. Kami ingin masyarakat maju (dengan) memanfaatkan segala sumber daya yang ada di desa. Promosikan destinasi wisata di Jawa Barat,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua DPD ASIDEWI Jabar Maulidan Isbar sementara itu mengatakan, desa-desa di Jabar berpotensi menjadi Desa Wisata terbaik di Indonesia.

Baca Juga:  Kapolres Purwakarta Dekat Dengan Ulama

“Dengan sejuta kekayaan alam dan khazanah budayanya, Jawa Barat berpeluang jadi yang terbaik,” ucap Maulidan.

Adapun langkah yang akan ditempuh ASIDEWI dalam mengembangkan Desa Wisata adalah rekayasa sosial dan rekayasa fisik. Maulidan berujar, pihaknya akan lebih dulu mengutamakan rekayasa sosial agar masyarakat siap dengan konsep pembangunan, terutama karena Desa Wisata merupakan community based tourism.

Sementara rekayasa fisik atau infrastruktur bisa berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan.

“Poin kami melaksanakan rekayasa sosial. Kami bisa terlibat memberi pelatihan, inkubasi, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Terkait konsep pembangunan pariwisata, Ketua Umum ASIDEWI Andi Yuwono mengatakan bahwa konsep tersebut harus komprehensif dan memenuhi unsur ABCGM (akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media) dalam Pentahelix.

Baca Juga:  Biadab! Seorang Pria di Garut Hamili Bocah Tunarungu dan Cabuli Bocah SD

“Pariwisata tidak bisa parsial. Support Pentahelix diperlukan, semua (akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media) adalah mitra strategis mengembangkan desa,” ujar Andi.

Dia pun mengingatkan, pembangunan kepariwisataan harus memperhatikan posisi, potensi, dan peran masyarakat baik sebagai subjek, pelaku, maupun penerima manfaat pengembangan karena dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan kepariwisataan.

Adapun dukungan masyarakat dapat diperoleh melalui penanaman kesadaran masyarakat akan arti penting pengembangan kepariwisataan. Untuk itu, dibutuhkan proses dan pengkondisian untuk mewujudkan masyarakat yang sadar wisata.

“Masyarakat yang sadar wisata akan dapat memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona,” tutupnya. (Rnu)