Wow! Dibanderol Rp 3 Juta, Teh Putih Asal Purwakarta Jadi Primadona

JABARNEWS | PURWAKARTA – Kabupeten Purwakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang subur akan tanaman teh. Hal ini disebabkan karena tanaman teh berasal dari subtropis maka dari itu cocok ditanam di daerah pegunungan karena garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.

Maka dari itu, Tak heran banyak masyarakat yang tergabung dalam kelompok petani teh memproduksi daun teh menjadikan nilai ekonomi yang menjanjikan.

Seperti Apud Swardi, salah satu seorang anggota kelompok tani teh Sindangpanon, Desa Sindangpanon Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Sejak 2014, Apud mulai terjun bertani mengolah pucuk tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis ini. Dia mengaku sebagian besar para petani teh terpaku tanpa ada terobosan baru.

Baca Juga:  Hore! Kamu Mau Dapat Gaji Full Tanpa Potongan Pajak, Ini Caranya

Melihat kondisi itu, Apud kemudian memutuskan mengolah teh lebih kreatif dan inovatif.

“Awalnya hanya mencoba, kemudian terus melakukan pengembangan, hingga pada akhirnya melakukan pengemasa dan di pasarkan,” ungkap Apud, Senin (3/2/2020).

Dia mengatakan, pihaknya kini tengah mencoba produksi white tea (teh putih) dari luasan lahan 15 hektare tersebut.

Meski cukup sulit, namun dia mengaku harus ditekuni sebagai salah satu terobosan baru Kelompok Tani Desa Sindangpanon ini.

“Menghasilkan teh putih bukan hal mudah, pemetikan hingga pengolahan harus benar-benar apik dari 15 hektare kebun teh paling menghasilkan 5 kilogram teh putih. 1 kilogram kami jual Rp.3 juta,” ungkap Apud.

Pada 2016 Kelompok Tani Desa Sindangpanon memutuskan terjun mengolah teh organik yang menghasilkan sejumlah teh yang dinami teh gelang yang dikemas sedemikian rupa.

Baca Juga:  Ingin Tahu Lokasi SIM Keliling di Purwakarta Selama Sepekan? Berikut Jadwalnya

Atas terobosan barunya itu, Kelompok Tani Desa Sindangpanon mendapatkan sertifikat notifikasi organik dari Provinsi Jawa Barat bersama kelompok tani lain bernama kelompok tani Pusaka Mekar Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes.

“Kelompok kami belum produksi teh putih, baru teh biasa yang dikemas dinamai teh gelang alami,” ujar salah seorang kelompok tani Pusaka Mekar Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes, Sadikin.

Kedua kelompok itu telah berhasil memasarkan teh yang mereka produksi ke berbagai daerah seperti Jakarta selain di Purwakarta.

Meski begitu, para petani teh mengharapkan ada dorongan dari pemerintah mengenai pemasaran lebih luas. Bahkan dapat tembus ekspore ke luar negeri seperti manggis.

Terpisah, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian, Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan mengatakan, petani yang mendapat penghargaan tersebut telah termotivasi dengan ada nilai jual yang lebih menjanjikan.

Baca Juga:  Bantu Renovasi Rumah Warga di Lokasi TMMD

Maka dia berharap, kelompok teh lain diharapkan tertarik untuk mulai mencoba budidayakan teh secara organik, meski tidak mudah dan membutuhkan waktu cukup lama, minimal empat tahun.

“Memang tidak mudah untuk mendapatkan sertifikat organik, tapi kami akan mencoba mendorong para petani teh untuk mulai beralih ke organik,” ungkapnya.

Jika para petani beralih ke organik dan mendapatkan sertifikat, Agus meyakini air teh yang dihasilkan terbebas dari residu, terbebas dari unsur-unsur kimia yang tidak diharapkan.

“Sertifikat itu dikeluarkan tidak hanya oleh tingkat nasional melainkan juga di negera lain, sehingga standar kualitas teh yang telah bersertifikat diyakini bebas dari unsur kimia,” pungkasnya. (Gin)