Pilkada 2020, Bawaslu Ajak Masyarakat Ikut Mengawasi

JABARNEWS | JAKARTA – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia Moch Afifuddin mengajak masyarakat ikut berperan mengawasi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 23 September 2020.

“Partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih penting, tapi tidak kalah penting juga keterlibatan masyarakat dalam mengawasinya, papar Afif, Senin (03/03/2020)

Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pileg pada 2019 lalu, tingkat partisipasi pemilih mencapai angkat 81 persen berdasarkan data KPU. Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.

Ia menyebutkan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif 2019 lalu, tingkat partisipasi pemilih mencapai angkat 81 persen berdasarkan data KPU.

Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Namun, untuk keterlibatan dalam pengawasan, ini belum tentu. Sehingga pihaknya mengajak masyarakat ikut mengawasi jalannya Pilkada yang berintegritas.

Baca Juga:  Hari Ini, SIM Keliling Kota Bandung Di Balubur Town Square Dan Lucky Square

Menurut dia, sejak reformasi, pelaksanaan Pemilu maupun Pemilukada sudah semakin demokratis. Hal tersebut ditandai dengan semakin transparannya proses tetapi disisi lain tidak bisa diprediksi hasilnya.

“Pemilu kita itu prosesnya predictable tapi hasilnya tidak bisa diprediksi (unpredictable), kalaupun diprediksi lembaga survei, bedanya samanya sedikit. Tapi, prinsip ketidakpastian itu pada hasilnya. Karena kerahasiaan dan sebagainya itu ada dalam prinsip pemilu,” ungkap dia.

Pria disapa akrab Afif ini menambahkan, Pemilu tidak seperti olahraga sepakbola yang aturan jelas, metode dan tujuannya itu sama dan universal di seluruh tempat di dunia.

Baca Juga:  Butuh Perhatian! Seniman Wayang Golek di Cianjur Kini Terbaring Sakit

“Di tiap negara (pemilu) itu berbeda. Tujuan atau permainannya sama, namun metodenya beda. Belum tentu yang tidak ada di Indonesia, maka (demokrasi) di Indonesia malah buruk,” paparnya.

Sehingga tidak boleh ada yang merasa sistemnya lebih baik dibanding yang lain.

Tantangan kita, lanjut Afif, bukan di metode pemilihannya. Problem kita ada pada kecepatan penerimaan informasi hasil pemilu.

“Bukan di metode, tapi di counting. Kita masih lambat,” akunya.

Karena itulah tagline Bawaslu, “Bersama rakyat awasi pemilu, bersama Bawaslu tegakkan keadilan pemilu. Sejatinya masyarakat harus menerima informasi, agar keadilan pemilu itu bisa tercapai.

Baca Juga:  Ivan Gunawan Bersaksi Di Meja Hijau, Ada Apa Ini?

“Betapa mengerikannya jika rakyat tidak percaya kepada penyelenggara pemilu,” tambah mantan Koordinator Nasional (Kornas) Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) periode 2013-2015 ini.

Ia juga membagi pengalamannya terkait perbandingan penyaluran hak pilih warga di Indonesia dengan negara lain saat menjadi salah satu pemantau pemilu internasional.

“Saya berkesempatan menyaksikan langsung proses pemilu yang berlangsung di luar negeri, salah satunya adalah Afganistan. Selain fakta bahwa perempuan tidak sebebas kita di Indonesia, mengambil gambar kotak suaranya pun, saya sampai dikejar polisi. Bayangkan jika itu terjadi di negeri kita. Kita harusnya bersyukur hidup di Indonesia,” tambah Afif. (Ara)