Pengamat Ekonomi Sebut Virus Corona Tak Ganggu Pasar Finansial Asia

JABARNEWS | BANDUNG – Penyebaran penyakit virus corona memang tidak dapat dipungkiri sangat merugikan berbagai sektor seperti ekonomi. Namun, pengamat ekonomi, Katarina Setiawan menyebut, saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi dampak terhadap ekonomi dan pasar finansial Asia.

Pasalnya, kata dia, jika belajar dari pengalaman yang lalu ketika kasus-kasus epidemics terjadi seperti SARS, Avian Flu, MERS dan Swine Flu maka terlihat dampaknya tidak melumpuhkan pasar Asia, apalagi Indonesia.

Menurutnya, dampak paling besar untuk ekonomi pasar finansial China timbul dari SARS berlangsung kurang lebih 5 bulan pada waktu itu MS China turun sekitar 5 persen.

Baca Juga:  Kemenkes Lakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk Antisipasi Hepatitis Akut

“Sedangkan untuk penyakit menular lain seperti disebut di atas dampaknya kecil respon cepat dari pemerintah berbagai negara saat ini diharapkan akan lebih efektif meredam dampak negatif dari virus corona terhadap ekonomi maupun pasar dunia,” kata Katarina yang juga menjabat sebagai Chief Economist dan Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia kepada jabarnews.com, di Hotel Hilton Bandung, Rabu (5/2/2020).

Dengan iklim investasi yang kondusif, lanjut dia, diperkirakan arus dana dari investor global ke negara-negara emerging market terutama di Asia akan semakin besar tidak terkecuali dengan Indonesia.

Baca Juga:  KAI Daop 3 Prediksi Puncak Mudik H-2

“Diperkirakan pertumbuhan laba korporasi tahun ini akan lebih baik dibanding tahun lalu tentunya akan sangat mendukung pasar saham Indonesia,” jelasnya.

Adapun untuk sektor pilihan, ada tiga sektor yang masih memberikan potensi menarik di 2020. Pertama, sektor yang diuntungkan dengan penurunan suku bunga seperti sebagian perbankan, properti, dan konstruksi. Kedua, sektor industri metal seperti nikel. Ketiga, sektor telekomunikasi.

Baca Juga:  Laporan Tahunan Jokowi Ma'ruf: Kolaborasi Hadapi Pandemi (Part 3)

“Katalis positif lainnya untuk pasar saham Indonesia adalah policy reform yang akan dilakukan pemerintah,” ucapnya.

Sementara untuk pasar obligasi, Katarina menjelaskan, kombinasi dari kebijakan disiplin fiskal dan suku bunga rendah serta target penerbitan obligasi yang lebih rendah di tahun ini dapat mendukung pergerakan pasar obligasi Indonesia di 2020. Seperti diketahui bahwa suku bunga Indonesia adalah salah satu yang paling menarik di dunia.

“Kebijakan ini akan semakin mendukung pasar saham Indonesia yang diperkirakan akan membaik secara bertahap,” pungkasnya. (RNU)