BI: Indonesia Harus Waspada Dampak Coronavirus Disektor Ekonomi

JABARNEWS | BANDUNG – Deputi Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti mengungkapkan akan membatasi turis Warga Negara Asing (WNA) asal China untuk masuk atau keluar dari Indonesia. Berdasalkan hasil kajian BI, pihaknya akan melakukan pemilahan perdagangan maupun investasi yang datang dari negeri Tiongkok untuk mengetahui dampak penyebaran Viruscorona.

“Kita mesti pilah-pilah lagi berapa yang dari Tiongkok. Jadi ini kajian itu tidak semerta-merta sesaat, tapi paling tidak dari parameter-parameter kita bisa melihat kedalaman dari impact virus corona ini,” kata Destry kepada wartawan di Kantor BI Jabar, Bandung, Jumat (7/2/2020).

Baca Juga:  Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia Capai 241 Jiwa, Jabar Peringkat Kedua

Menurutnya, pemerintah sudah memulai terkait mobilitas orang yang mesti dilihat dulu penyebab penularannya. Oleh karena itu, pihaknya juga akan membatasi mobilitas mofabel setara dengan Tiongkok dan perlu juga dilakukan di negara-negara lainnya.

Mungkin, lanjut Destry, akan ada aturan-aturan terkait eksport dan import khususnya import life enymore. Kendati demikian, dia melihat adanya peluang karena Bank Central China langsung mengambil langkah-langkah proaktif seperti melakukan kelonggaran, injeksi rutinitas untuk meminimalisir dampak Coronavirus dari dalam.

Baca Juga:  Begini Cara Memilih Jasa Tukang Bangunan Yang Tepat

“Tapi impactnya harga komoditi di sana akan turun, sehingga pengaruh juga harga import kita dari China, mungkin ada,” jelasnya.

Untungnya, kata Destry, import dan investasi Indonesia tidak tergantung pada negara China, misalnya investasi lebih dari 50 persen atau import lebih dari 50 persen dari China.

“Itu yang bahaya, di kita lebih tersebar secara rata, sehingga dalam sebuah sistem itu kita berusaha mencari sumber-sumber lain,” ucapnya.

Baca Juga:  TKP Bus Kramat DJati Dianggap Warga Tenjolaya Sebagai Jalur Mistis

Saat ini, sektor saham di China turun sehingga berimbas juga pada pasar saham Indonesia yang turun sebanyak 1,9-2 persen. Sedangkan, kalau disektor keuangan itu biasanya temporary karena akan dilihat secara struktural, fundamental dan perubahan ekonomi.

“Sejauh ini karena mereka melihat tidak ada suatu perubahan berarti, ya memang kita semua masih dalam proses memantau bagaimana impact nya. tapi sejauh ini kita melihat indonesia tidak termasuk negara yang terimpact secara signifikan,” pungkasnya. (Rnu)