Arkeolog ITB Bandung Sebut Batu Susun di Ciamis Terbentuk Karena Ini

JABARNEWS | CIAMIS – Tim Arkeologi ITB Bandung dan Geologi Museum Bandung mengatakan bahwa batu susun yang terletak di Blok Rompe, Desa Sukaraharja, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis tersebut bukan sebuah Candi atau sebuah Keraton peninggalan sebuah Kerajaan.

Arkeolog ITB Bandung, Johan Arif mengatakan, berdasarkan survei dan pengamatan sementara bahwa batu susun yang dinamai batu rompe tersebut terbentuk melalui proses secara alam.

“Namun untuk terbentuknya kapan dan berasal dari Gunung Berapi mana, kita belum tahu, kita belum teliti kearah sana, untuk memastikan berapa lama umur batu tersebut kita harus pergi ke lapangan lagi dan membawa sample batu tersebut untuk diteliti,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh Jabarnews.com, Sabtu (8/2/2020).

Baca Juga:  Mau Dapat Vaksin Booster? Begini Langkah-Langkah Cara Daftarnya

Johan mengatakan bahwa batu susun yang berjenis batu andesit tersebut terbentuk dari sebuah proses erupsi Gunung Berapi, jadi saat proses erupsi tersebut magmanya keluar dan kemudian membeku, hingga terjadilah proses menjadi sebuah susunan batu.

Baca Juga:  ISBI Gagas Ekonomi Berbasis Seni Budaya

“Tidak menutup kemungkinan batu susun tersebut memiliki panjang yang cukup luas dan sebagian batu susun tersebut masih tertutup tanah,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Erwan Darmawan membenarkan bahwa batu susun rompe tersebut bukan terbentuk oleh tangan manusia.

“Jadi batu tersebut bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata, namun untuk pengembangan kawasan wisata masuknya ranah Dinas Pariwisata,” ujarnya.

Baca Juga:  Aduh.. Bank Emok Bikin Kapok Emak-Emak Purwakarta

Sedangkan untuk Disbudpora Kabupaten Ciamis akan menggali potensi kebudayaan yang ada disitu, berdasarkan historis yang beredar dikalangan masyarakat bahwa ada buku-buku yang menceritakan tentang batu susun tersebut, paling kita akan mencari buku-buku tersebut, jadi legenda masyarakat yang akan kita pelihara.

“Batu susun tersebut juga bisa dijadikan sebagai cagar geologi, dan akan bermamfaat bagi ilmu pengetahuan terutama yang mempelajari kegunungan, karena makin diyakini bahwa Gunung Sawal itu adalah Gunung Purba,” tukasnya. (Tny)