Hama Tikus Menggila, Dinas Pertanian Karawang Akan Gelar Gropyokan

JABARNEWS | KARAWANG – Tikus adalah hama kedua terpenting pada tanaman padi di Indonesia. Hama ini harus diperhatikan khusus. Karena kehilangan hasil produksi akibat serangan hama tikus sangat tinggi.

Usaha untuk mengendalikan tikus ini sudah banyak dilakukan oleh para petani, mulai dari fisik, cara hayati, sanitasi, kultur teknik, mekanik dan kimia. Tetapi diakui, bahwa dengan cara pengendalian itu bulum optimal, sehingga harapanuntuk menekan populasi tikus sangatlah sulit.

Untuk mengatasi hama tikus yang menggila, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Jawa Barat mengimbau agar para petani melakukan gropyokan atau gerakan massal pengendalian hama tikus.

Baca Juga:  PSBMK Kota Bogor Diperpanjang Selama Dua Pekan

“Sekarang ini, baru hama tikus yang mengancam areal persawahan,” kata Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Padi dan Palawija Dinas Pertanian Karawang Yuyu Yudaswara, Sabtu (8/2/2020).

Ia mengatakan, gropyokan bisa dilakukan petani mengatasi hama tikus jika belum melakukan tanam padi. Sedangkan bagi petani yang sudah melakukan tanam padi, ada upaya lain dalam mengatasi hama tikus.

“Bagi areal sawah yang sudah tanam, petani bisa memasang TBS (Trap Barrier System) atau LTBS (Linear Trap Barrier System),” jelasnya.

TBS merupakan teknik pengendalian tikus yang mampu menangkap banyak tikus sawah secara terus-menerus selama musim tanam (sejak tanam hingga panen).

Baca Juga:  Jelang Laga Timnas Indonesia VS Palestina, Erick Thohir Dipuji Dua Ulama Kharismatik NU

Sementara LTBS berupa bentangan pagar plastik setinggi 60-70 centimeter, sepanjang minimal 100 meter.

Biasanya, bubu perangkap LTBS dipasang setiap 20 meter berselang-seling agar mampu menangkap tikus dari arah habitat dan sawah.

LTBS itu sendiri dirancang berdasarkan pergerakan harian tikus sawah yang selalu berpola pergi-pulang antara lokasi bersarang dan tempat makan.

“Saat ini aeal persawahan yang kini sudah terserang hama tikus dilaporkan mencapai 142 hektare,” ungkapnya.

Areal sawah yang sudah terserang hama tikus tersebar di Kecamatan Lemahabang, Jatisari, Cibuaya dan Kecamatan Rawamerta.

Baca Juga:  Batik Sudah Diakui Dunia, Tapi Kehidupan Pengrajinnya Masih Miris

Sedangkan areal sawah yang terancam hama tikus mencapai ribuan hektare, tersebar di 18 kecamatan.

Kegiatan tikus biasanya sangat aktif pada malam hari dan kegiatan hariannya sangat teratur mulai dari mencari makanan, minum dan mencari pasangan.Untuk menghindari dari lingkungan yang tidak menguntungkan, tikus membuat sarang pada daerah yang lembab, berdekatan dengan sumber air dan makanan seperti di batang pohon, sela-sela batu, tanggul, jalan kereta api dan perbukitan yang kecil. (Red)