Kata “Galuh” Dari Bahasa Armenia, Jaka Sembung Bawa Golok

Penulis: Budi Rahayu Tamsyah.

Ridwan Saidi, yang katanya budayawan Betawi, mengatakan kata “galuh” berarti “brutal”. Itu berasal dari bahasa Armenia, katanya lagi dengan keukeuh peuteukeuh.

Yang membuat emosi urang Sunda meluap, terutama teureuh Ciamis, ketika ia mengatakan Kerajaan Galuh itu fiktif dengan menapikan berbagai peninggalan sejarahnya.

Ihwal asal-usul nama “galuh”, yang katanya berasal dari bahasa Armenia itu, tentu saja merupakan temuan baru. Jelas berbeda dengan pendapat dan temuan para ahli bahasa dan sejarah selama ini, yang kemungkinan besar belum sempat dibaca oleh Ridwan Saidi.

Makanya wajar jika ada yang bilang, dia itu orang tua yang mainnya kurang jauh. Dan sangat wajar pula jika dikatakan anak-anak milenial: “Mencari asal nama Galuh dari kamus bahasa Armenia, Jaka Sembung bawa golok, tidak nyambung ….”

Baca Juga:  Kabar Duka, Adik Bungsu Gus Dur Meninggal Dunia

Secara etimologis, toponimi di Indonesia, jika harus berasal dari bahasa asing, ada yang berasal dari bahasa Sansekerta, Kawi, Belanda, Tionghoa, Arab, dan Portugis. Tak ada sejarah dan ceritanya yang berasal dari bahasa Armenia.

Nah, kata “galuh” sendiri yang kemudian menjadi nama kerajaan, para ahli meyakini berasal dari bahasa Sansekerta. “Galuh” berarti “permata”. Arti yang sama juga terdapat dalam Kamus Bahasa Kawi karangan Prof. Dr. S. Wojowasito.

Dalam Kamus Bahasa Kawi, kata “galuh” juga bisa berarti “gadis atau puteri” atau panggilan sayang kepada anak perempuan, seperti yang kini masih dipergunakan dalam bahasa Banjar (Kalimantan Selatan). Sungguh amat kontras dengan arti kata “brutal”.

Baca Juga:  Penerapan Protokol Kesehatan 3M Jadi Kunci Sekolah Cegah Klaster Baru

Bahasa Kawi adalah bahasa yang menjadi dasar beberapa bahasa daerah di Nusantara. Maka sangatlah wajar jika banyak kata-kata yang sama dengan arti yang sama, atau kata-kata yang mirip dan dekat ucapannya untuk arti yang sama.

Sejarah, etimologi, dan toponimi mempunyai kaitan yang erat. Makanya mencari arti kata “galuh” dari Kamus Bahasa Armenia, ya itu tadi, “Jaka Sembung bawa golok”. Semestinya dicari dari Kamus Bahasa Sansekerta atau Kamus Bahasa Kawi, paling enteng cari dari Kamus Bahasa Sunda.

Menurut Kamus Bahasa Sunda (R. Satjadibrata) “galuh” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti “ngaran sarupa permata” (nama sejenis permata). Sayang, saya belum tahu arti “galuh” langsung dari Kamus Bahasa Armenia. Kalaupun tahu, tetap saja “Jaka Sembung bawa golok”.

Baca Juga:  Potensi Zakat Baru Tergarap 10 Persen

Itu baru soal nama “galuh”, belum bicara ihwal berbagai peninggalan yang diduga kuat berkaitan dengan Kerajaan Galuh. Secara panjang lebar keberadaan Kerajaan Galuh bisa dibaca dalam buku Sejarah Tatar Sunda yang ditulis Nina H. Lubis, dkk.

Kalau mau sedikit bersusah payah, bisa juga membaca hasil kajian tentang Naskah Pangeran Wangsakerta, yang antara lain ditulis oleh Edi S. Ekadjati dan Saleh Danasasmita, dkk.

Mereka bukan sejarawan kaleng-kaleng. Kalaupun ada perbedaan pendapat, masih dalam koridor keilmuan dan kajian sejarah. Bukan sekadar “dipaparah” menggunakan ilmu “kirata” alias “dikira-kira supaya nyata” seperti Ridwan Saidi. (*)

Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis.