Kenali Penyakit Raja Singa Akibat Perilaku Seks Bebas

JABARNEWS | BANDUNG – Jika Anda sering melakukan seks bebas, berhati-hatilah sebab perilaku ini bisa menyebabkan penularan berbagai penyakit berbahaya. Seks bebas tanpa pengaman dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit menular seks(PMS).

Penyakit menular seks umumnya terjadi karena melakukan hubungan intim yang tidak aman (tanpa kondom), seks bebas, ataupun bergonta ganti pasangan baik secara penetratif. Gejala sipilis atau sifilis berkembang sesuai dengan tahapan yang dialami. Pada tahapan tertentu, gejala sifilis sudah tidak muncul, namun penderita masih tetap bisa menularkannya kepada orang lain.

Sifilis tergolong penyakit infeksi menular akibat bakteri Treponema Pallidium yang bisa menyebabkan kerusakan serius pada organ otak, sistem saraf, jantung hingga mengamcam jiwa penderitanya.

Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Wresti Indriatmi dalam keterangan tertulisnya belum lama ini mengatakan, risiko tertular sifilis melalui satu hubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi sekitar 3-10 persen.

Baca Juga:  Penyanyi Bob Tutupoly Tutup Usia, Pernah Berkarir di Amerika Serikat, Ini Profilnya

Penyakit ini juga menular dari ibu hamil kepada bayi atau janin saat dalam kandungan atau ketika melewati jalan lahir yang terdapat lesi sifilis, atau menular melalui darah atau produk darah yang tercemar.

Gejala penyakit ini tergantung stadium penyakitnya. Secara umum, ada empat stadium sifilis, yakni primer, sekunder, laten dan tersier. Pada Sifilis primer, bakteri memperbanyak diri pada tempat inokulasi dan membentuk chancre (lesi pada kulit yang keras, tidak gatal, biasanya berdiameter antara 1 cm dan 2 cm).

Baca Juga:  Ini Pesan Wagub Jabar untuk Penyelenggara Pilkada

Pada Sifilis sekunder, sifilis menyebar ke kelenjar getah bening setempat, kemudian ke pembuluh darah. Pada Sifilis laten, penyakit itu sudah mulai mengenai banyak organ tubuh hingga akhirnya pada tingkatan tersier, terjadi infeksi atau inflamasi pembuluh darah dalam susunan syaraf pusat dan sistem kardiovaskular, atau membentuk lesi gumma.

“Jika infeksi tidak diobati akan merusak organ-organ tubuh seperti kebutaan, jantung, otak, saraf, pembuluh darah, tulang, kelumpuhan, dimensia, tuli, impotensi, hati bahkan kematian,” ungkap Wresti.

Menurut Wresti, tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan pada gejala sifilis laki-laki atau perempuan. Namun, penderita laki-laki cenderung lebih banyak dibandingkan perempuan.

Mengenai pemeriksaan terhadap sifilis, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV dari Klinik Pramudia menjelaskan, ada empat tahapan yang biasa dilalui pasien, yakni pemeriksaan fisik pada selaput lendir dan kulit pada stadium primer dan sekunder.

Baca Juga:  Pasar Dan Mal Sudah Dibuka Lagi, Rupiah Gimana Kabarnya?

Setelah itu, pemeriksaan Lab serologi darah (VDRL, TPHA) yang lazim digunakan untuk skrining awal dan lanjut, diiikuti pemeriksaan Dark-Field Microscopy dan pemeriksaan CSF/Carian Serebrospinal pada Neurosifilis.

“Jika sudah diketahui seseorang terkena Sifilis, maka perlu segera dilaksanakan tatalaksana pengobatan Sifilis. Hingga saat ini bakteri Treponema Pallidum masih sensitif terhadap antibiotik Penisilin, sehingga obat pilihan utama terapi tetap dengan pemberian antibiotik golongan penisilin,” kata Anthony.

Menurut dia, pemberian penisilin dapat melalui oral atau injeksi intramuskular dengan dosis yang berbeda-beda, tergantung stadium penyakit sifilis dan co-morbidititas (penyakit atau kondisi penyerta). (Red)