Liverpool vs Atletico Madrid: Oblak Hempaskan Adrian

Penulis: Budi Rahayu Tamsyah

Layaknya pergelaran drama, panggung sepak bola pun kerap melahirkan aktor protagonis dan antagonis. Kalau menurut istilah penonton sandiwara gembol, namanya “nu boga lalakon” dan “penjahatna”. Begitu pula dalam pertandingan 16 Besar Liga Champions Eropa dini hari tadi (12/3/2020).

Pada laga Liverpool dan Atletico Madrid, penguasa Anfield kalah tipis 2 – 3, dengan aggregat 2 – 4. Karena sebelumnya, pada leg pertama, Liverpool menderita kekalahan 0 – 1 di Estadio Wanda Politano, kandang Atletico Madrid.

Pencetak gol bagi tim besutan Diego Simeone itu adalah Marcos Llorente (97’, 105+1’) dan Alvaro Morata (120+1’). Dan gol buat pasukan Juergen Klopp dilesakkan oleh Giorgino Wijnaldum (43’) dan Roberto Filmino (94’).

Namun tampaknya semua penonton sepakat, bahwa “nu boga lalakon” pada pertandingan tersebut adalah Jan Oblak. Kiper Atletico Madrid yang berasal dari Slovenia. Jika saja ia tak bermain cemerlang, entah berapa kali bola yang bersarang di jaring gawangnya.

Harus diakui pula, Dewi Fortuna turut berperan melindungi gawang kiper kelahiran 1993 itu. Tandukan Andi Robertson, misalnya, hanya mampu menerpa palang gawangnya. Padahal bek sayap Liverpool itu sudah benar-benar bebas, yang sejatinya bisa membuahkan gol buat Liverpool.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak 27 Juli 2022: Aries, Taurus dan Gemini

Serangan bergelombang The Reds, yang selama ini terkenal tajam, banyak yang dapat dimentahkan Oblak. Walaupun akhirnya harus kebobolan juga, Los Rojiblancos (julukan Atletico Madrid yang berarti “merah putih”) sempat ketinggalan dua gol. Tentu saja hal itu sempat melambungkan asa Liverpudian.

Akan tetapi menjelang akhir babak pertama perpanjangan waktu, Llorente mampu mencetak gol. Tentu saja gol itu menghenyakkan mimpi Sang Bango untuk kembali ke kubangan.

Gol yang bermula dari kesalahan Adrian, kiper Liverpool asal Spanyol. Kiper Liverpool yang bernama lengkap Adrian San Miguel del Castillo itu, memang bukan kiper utama Sang Bango. Banyak kalangan menilai, lawan sepadan Oblak adalah Alisson Becker, kiper utama Liverpool.

Akibat kesalahan Adrian itu, Los Rojiblancos bisa bermain lebih santai. Pasalnya dengan skor akhir 2-1 saja, aggregat menjadi 2-2. Dan Atletico Madrid sudah bisa lolos ke babak selanjutnya karena punya keunggulan mencetak gol di kandang lawan.

Baca Juga:  Tiga Tempat Wisata Kuliner Purwakarta, Banyak Dikunjungi Wisatawan

Sebaliknya dengan Liverpool, harus mampu mencetak minimal sato gol lagi. Alih-alih mencetak gol tambahan, Sang Bango malah kebobolan dua gol lagi. Dan the end, games pun berakhir.

Kontan saja Adrian pun menjadi bulan-bulanan penghuni dunia maya. Beberapa saat seusai laga nama Adrian bercokol menjadi trending topik dunia nomor satu. Hampir semua menghujat Adrian dan membandingkannya dengan Oblak. Dan meme kocaknya pun langsung bertebaran.

Seperti lazimnya penghuni dunia maya, termasuk penyuka sepak bola, lebih senang mengumbar napsu primitifnya untuk membully orang yang dianggapnya biang kegagalan. Itulah yang terjadi pada Adrian hari ini.

Sementara Oblak sedang menikmati hujan pujian atas perannya sebagai tokoh protagonis alias “nu boga lalakon”. Padahal dalam sepak bola, seperti yang pernah dikatakan libero legendaris asal Belanda, Johan Cruyff, selalu ada “malaikat kecil” yang turut menjaga gawang para pemenang.

Baca Juga:  Pelaksanaan Bintahwil kepada Warga Desa Cisaat

Malaikat kecil, Dewi Fortuna, atau apalah namanya, tampaknya dini hari tadi meninggalkan Liverpool dan bepindah tempat nongkrong di belakang gawang Atletico Madrid.

Walaupun kekalahan Liverpool tidak terlalu mengejutkan, jika menilik tren permainannya belakangan ini. Di Liga Primer Inggris, misalnya, keperkasaan Liverpool sempat dua kali terhempas dan tersisih dari Piala FA.

Benar kata pelatihnya, Juergen Klopp, mempertahankan tren kemenangan beruntun mempunyai beban tersendiri. Oleh karenanya, ia sempat mengutarakan kelegaannya ketika tim besutannya kalah untuk kali pertama di Liga Primer Inggris musim 2019/2020. Tapi kekalahan di babak 16 Besar Liga Champions, itu soal lain.

Sementara itu, Atletico Madrid bukanlah tim kaleng-kaleng. Sebelumnya pernah tiga kali melaju sampai final di Liga Champions (1974, 1914, dan 1916). Dan ketiganya pulang dengan membawa gelar runner-up. Apakah tahun ini akan berakhir sama? Atau saatnya menjadi juara? Hanya waktu yang akan menjawabnya. (Red)