Rupiah Lemah Akibat Covid-19, Pengamat: Pemerintah Harus Waspada

JABARNEWS | BANDUNG – Pengamat Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, Setia Mulyawan menyebut nilai tukar rupiah hampir menembus level Rp.16.000 per dolar, karena rupiah melemah seiring adanya ketakutan investor terhadap pandemi virus corona (Covid-19). Maka, pemerintah dihimbau untuk waspada.

Menurutnya, dengan adanya reaksi dan respon terhadap kasus Covid-19 dan wacana lockdown yang bergulir menjadikan sebuah sentimen. Hal ini, kata dia, harus diwaspadai karena akan berdampak pada melemahnya beberapa indikator makro.

“Negara kita menjadi negara yang tidak kondusif bagi tumbuhnya bisnis. Bayangkan orang asing yang mau datang ke Indonesia sekarang ragu-ragu, menahan diri karena kebijakan diberbagai negara asalnya atau juga di negara Indonesia,” kata Mulyawan saat dihubungi jabarnews.com, Kamis (19/3/2020).

Baca Juga:  Wapres Ma’ruf Amin Tak Ingin Ponpes Al-Zaytun Ditutup

Lebih lanjut, dia menjelaskan, jika kasus Covid-19 ini masih terus berlanjut, maka permintaan (demand) terhadap mata uang akan rendah sehingga berdampak pada turunnya nilai rupiah. Terlibih, dengan wacana lockdown membuat kekhawatiran bagi para pelaku bisnis.

“Dugaan saya trennya masih akan menurun karena pasar sedang menunggu juga apakan pemerintah akan memberlakukan lockdown atau tidak sampai hari ini keputusan lockdown itu belum diambil,” jelasnya.

Baca Juga:  Berikut Ramalan Zodiak untuk Cancer Hari Ini

Jika kebijakan lockdown ditetapkan, ungkap Mulyawan, sektor perekonomian akan sangat terdampak. Oleh karena itu, dia menghimbau kepada pemerintah untuk mempersiapkan logistik dan kebutuhan masyarakat sebelum menetapkan kebijakan lockdown.

“Kalau permintaan terhadap nilai dolarnya naik maka nilai rupiah akan turun. Jadi, ini saya agak khawatir karena lockdown belum diberlakukan saja kita sudah nembus diangka Rp 16.000,” ungkapnya.

Baca Juga:  Inilah Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020

Mulyawan menekankan bahwa pemerintah harus mencari solusi untuk mengintervensi pasar supaya nilai rupiah tidak terlalu melorot, dan juga harus memperhatikan ketersediaan kebutuhan logistik masyarakat untuk berjaga-jaga jika menghadapi keadaan yang lebih buruk.

“Saran saya pemerintah harus mengambil langkah kalau memungkinkan intervensi pasar apabila cadangan devisanya memungkinkan ya diintervensi supaya tidak progresif penurunannya. Dan segera menenangkan publik, memberi kepastian langkah mana yang akan diambil supaya tidak menjadikan spekulasi ditengah-tengah masyarakat,” pungkasnya. (RNU)