Purwakarta Menabung, Sebarkan Senyuman dari Sebungkus Nasi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Peduli dengan sesama adalah memperhatikan dan memahami sesama manusia. Peduli terhadap sesama adalah hal manusiawi yang kini menjadi sikap langka yang haruslah di lestarikan.

Dengan sebungkus nasi, mereka sadar bahwa kepedulian terhadap sesama bisa tumbuh dari hal yang kecil sekalipun. Hal tersebut diajarkan komunitas Purwakarta Menabung (Menyambar Nasi Bungkus) yang bermula dari November 2018 silam.

Tanpa perintah dan komando, anggota yang tergabung dalam Purwakarta menabung menyiapkan nasi bungkus yang akan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Relawan komunitas berasal dari berbagai profesi, mulai pekerja sosial, jurnalis, pegawai pabrik, wirausahawan, guru hingga pengangguran. Namun mereka mempunyai satu tekad dan niat yang sama, yakni berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

Pembagian nasi bungkus dari donatur ini dilakukan dengan cara turun ke jalan mencari mereka yang tinggal dan hidup serta bekerja di jalanan. Menyusuri setiap gang dan sudut kota relawan mendatangi mereka dan membagikan sebungkus nasi untuk sekadar sarapan.

“Sasaran komunitas ini memang mereka yang hidup dan bekerja di jalan, seperti tukang becak, pengemis, gelandangan dan orang gila serta tukang sampah menjadi prioritas,” jelas Sahril Sidik, inisiator Purwakarta menabung, saat ditemui di sela-sela kegiatanya, Senin (18/11/2019).

Baca Juga:  Sorabi Héjo Oléh-oléh Karawang ti Rengasdéngklok

Tanpa mengenal letih relawan berkeliling mencari mereka yang membutuhkan. Hampir satu tahun komunitas Purwakarta menabung melakukan aksi bagi nasi bungkus.

“Pada awalnya cuma 30 bungkus, naik 50-100 bungkus. Sekarang kurang lebih sudah 1.000 bungkus,” ungkapnya.

Tak sekali minggu pun komunitas tersebut ‘libur’ membagikan nasi. Aksi tersebut digelar seminggu 2 kali, relawan berkumpul di sekretariat informasi Purwakarta Terkini (sekre Input) di Jalan Kemuning, Kelurahan Nagri Kaler, Purwakarta.

Nasi bungkus yang mereka bagikan berasal dari sumbangan para donatur. Setiap minggu sebanyak 100 bungkus nasi siap dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Hal tersebut mengundang senyum merekah di bibir warga yang menerima nasi bungkus tersebut.

Tanpa disadari, Purwakarta Menabung turut membangun identitas penggeraknya. Dari hanya sekedar ikutan berbagi menjadi sosok gemar berbagi. Rupanya benar jika ada perkataan bahwa berbagi tidak akan membuat seseorang jatuh miskin.

“Ternyata banyak teman yang punya potensi lebih dan memiliki kegelisahan lain. Mereka yang punya passion ke mental illness meneliti tentang penyakit mental. Walaupun kendaraan kami berbeda, akan semakin banyak masalah sosial yang tereduksi. Purwakarta Menabung jadi seperti MLM sosial,” kata Pria yang akrab disapa Boril itu.

Baca Juga:  Sempat Berada di Zona Merah, Kecamatan Sukasari Purwakarta Kembali Menghijau

Para relawan Purwakarta Menabung bertahan sejauh ini tentu bukan hanya karena aksi berbagi nasi. Bukan pula karena acara bulanan yang memang kerap diadakan. Setiap minggu, para relawan ini selalu menemukan kisah berbeda. Cerita yang akan membangun empati dan mengajarkan mereka untuk selalu bersyukur atas semua yang mereka miliki.

“Setiap kali kami berbagi nasi, kami mendapati perasaan itu. Perasaan aneh yang nggak terbeli dan nggak tergambarkan. Jadi teman-teman yang bergabung hanya tinggal menyiapkan waktu dan tenaga untuk ikutan aksi Purwakarta Menabung,” ucap Boril.

Relawan Purwakarta Menabung, berbagi nasi bungkus tanpa mengenal hari libur. Cuaca hujan maupun panas tetap berjalan berbagi nasi bungkus.

“Kami terbuka bagi siapa saja untuk menjadi donatur, tidak ada batasan suku atau pun agama, kegiatan kami murni kegiatan kemanusiaan,” Kata Boril.

Baca Juga:  Ridwan Kamil Minta Seluruh Tim Kampanye Partai Koalisi Jaga Pertahanan

Sementara itu, salah seorang relawan Purwakarta Menabung, Sri Ratna mengatakan selama ikut aksi tersebut, dirinya mengaku banya pelajaran hidup dapat di ambil.

“Dengan sebungkus nasi saya jadi paham akan satu hal, bahwa bahagia itu tidak selamanya berkarib dengan meranggasnya nasib. Terkadang kita menganggap sebungkus nasi itu sepele, bahkan tak berharga. Tapi hari ini saya belajar banyak bahwa sekecil apapun itu harus kita syukuri,” ungkapnya.

Ia menambahkan, hanya dengan sebungkus nasi dan lauk yang sederhana, sebungkus nasi yang mereka syukuri kemudian dilahap dengan hikmat. Bukankah itu cara membahagiakan diri dengan sederhana.

“Di Purwakarta Menabung ini saya bisa belajar satu hal, bahwa tidak perlu menunggu mampu untuk bisa berbagi. Di gerakan ini pula saya belajar bersyukur, bahwa rezeki tidak hanya sebatas materi. Bisa saja berupa kesehatan untuk tetap bisa berbagi,” ucap Sri

Menurutnya, bahagia itu sederhana. Sesederhana berbagi nasi.

“Sebungkus nasi tidak dapat mengubah kehidupan mereka, tapi dari sebungkus nasi kita diajarkan cara bersyukur dan lebih peka terhadap sesama,” tandas Sri. (Gin)