Bersertifikasi WHO, Indonesia akan Produksi APD Bahan Baku Lokal

JABARNEWS | JAKARTA – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (COVID-19) sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengatakan Indonesia akan memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) berbahan baku dalam negeri.

“Alhamdulillah berkat kerja sama dari sejumlah pihak baik perguruan tinggi, Kementerian Kesehatan dan peneliti kita kemungkinan besar pada periode yang akan datang kita akan produksi APD dengan bahan baku lokal yang telah mendapat sertifikasi dari WHO sehingga ketergantungan kita untuk dapat bahan baku APD dari luar negeri bisa teratasi,” kata Doni Monardo di kantornya di Jakarta, Senin.

Baca Juga:  Bikin Ngiler! Makanan Rujak Bebek Ini Cocok Disantap Saat Panas Terik

Doni menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan tema “Laporan Tim Gugus Tugas Covid-19” yang dipimpin Presiden Joko Widodo.

“APD bukan hanya masalah domestik kita, tapi APD jadi masalah global hari ini. Ada negara yang mengambil alih sebuah proses pemberangkatan APD dari satu tempat ke tempat lain,” ungkap Doni.

Data hingga saat ini, Gugus Tugas COVID-19 telah menerima 570 ribu APD dan terdistribusi sebanyak 390 ribu APD ke seluruh daerah.

Baca Juga:  Tiga Kriteria Cawapres yang Diinginkan Anies Baswedan, Ini Sosoknya?

“Adapun yang terakhir tiba siang ini sebanyak 105 ribu berarti akan kita prioritaskan segera didistribusikan terutama di RS yang terdampak,” tambah Doni.

Ia pun meminta media massa untuk ikut mengawasi proses pendistribusian APD ke seluruh rumah sakit.

“Termasuk juga rumah sakit-rumah sakit yang selama ini tidak melakukan kegiatan terhadap COVID-19, tetapi ternyata dokter-dokternya ada yang terpapar bahkan sampai meninggal dunia. Termasuk juga para dokter gigi dan juga dokter-dokter seperti THT,” tambah Doni.

Baca Juga:  Cegah Penyebaran Covid-19, Penyaluran BLT-DD di Sukaresmi Cianjur Diawasi Ketat

Doni pun menegaskan bahwa pengadaan APD menjadi sangat prioritas, bukan hanya kepada para dokter yang berada di garis depan untuk melayani pasien COVID-19, tetapi semua dokter.

“Karena, ternyata pasien yang diperiksa bukan COVID-19 pun bisa jadi sebagai ‘carrier’, sebagai pembawa virus. Walaupun sudah beberapa kali diingatkan melalui IDI untuk waspada,” tambah Doni. (Ara)