Hasil Survei Buktikan 70% Remaja Merasa Lelah Belajar di Rumah

JABARNEWS | BANDUNG – Sebuah layanan konsultasi online permasalahan remaja, sobatmu.com melakukan sebuah studi mengenai pengalaman para remaja yang melaksanakan sistem pembelajaran di rumah.

Observasi yang dikelola dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, melakukan survey terhadap remaja Indonesia berusia 15 hingga 22 tahun. Kuesioner online dibagikan melalui Instragram Promotion untuk menjangkau wilayah yang luas dan agar respondennya merata dari berbagai kota di Indonesia.

Hasil riset menunjukkan bahwa 84,31% remaja, baik itu siswa SMA maupun mahasiswa, selama masa belajar di rumah melakukannya dari rumah orang tua mereka, 9.8% di tempat kos, 5.88% di asrama. Bagi mereka, ternyata belajar di rumah secara online bukanlah hal yang baru.

Sebanyak 53,93% mengaku pernah belajar online. Mereka pernah menggunakan aplikasi Bimbingan belajar online seperti Ruang Guru, Zenius, Quipper.

Sebagian juga pernah menggunakan learning management system (LMS) seperti Google Classroom dan Edmodo, bahkan ada yang telah menggunakan LMS milik sekolah atau kampus mereka. Jadi, para remaja ini secara teknis tidak gagap terhadap sistem pembelajaran online. Di sisi lain, ternyata guru atau dosen mereka meskipun 43,33% telah menggunakan LMS dan 19,44% menggunakan video conference, ternyata masih banyak yang melaksanakan pembelajaran online hanya bermodalkan whatsapp group dan email semata (37,22%).

Baca Juga:  Kesal, Murka Suami Penjual Roti Nekat Aniaya Istri Siri

Belajar dari rumah yang dilaksanakan selama dua minggu ini merupakan kasus tanggap darurat yang memang tidak direncanakan dari awal, sekolah atau kampus yang selama ini belum memiliki rancangan belajar online yang matang membuat pembelajaran hanya direncanakan dalam waktu singkat. Akibatnya banyak pengajar yang hanya memberikan tugas semata. Tidak heran apabila 70,59% remaja merasa bahwa belajar dari rumah yang mereka jalankan ternyata lebih melelahkan daripada belajar tatap muka.

Terdapat 17,65% merasakan bahwa belajar dari rumah lebih menyenangkan dan 11,76% merasa sama saja. Kondisi ini tentu menjadi pemacu bagi sekolah maupun perguruan tinggi, agar ke depannya dapat menyediakan rencana pembelajaran online apabila menghadapi kondisi tanggap darurat serupa. Kondisi tanggap darurat yang memerlukan antisipasi pembelajaran online bukan hanya berkaitan dengan pandemic suatu penyakit, namun juga bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.

Remaja mayoritas melaksanakan belajar dari rumah di kamar mereka (72,55%), di ruang keluarga (14,71%), dan ruang tamu (8.82%). Yang mengejutkan, ternyata terdapat pula yang melaksanakan belajar di teras rumah (3,92%) karena faktor sinyal. Selain belajar, umumnya para remaja menghabiskan waktu dengan bermain HP dan rebahan (67.64%), bercengkrama atau berbincang dengan keluarga (17.65), melakukan hobi seperti memasak, membaca novel, menonton drama korea (9.8%), dan hanya 4,9% saja yang terus menonton TV.

Baca Juga:  PPP Final Usung Pasangan Yesi-Adly Di Pilkada Karawang, Begini Alasannya

Masa belajar dari rumah, sebenarnya masa yang dapat dimanfaatkan oleh para orang tua untuk berkomunikasi tentang pendidikan bersama remaja putra putri mereka. Sebanyak 58,79% remaja menyatakan bahwa orang tua mereka sering bertanya mengenai kabar belajar anak-anaknya, 34.31 jarang, dan terdapat 4,9 yang merasa bahwa orang tuanya tidak pernah menanyakan kabar studi mereka.

Meskipun orang tua memperhatikan pembelajaran remaja putra putri mereka, namun masa remaja memang merupakan masa di mana mereka merasa perlu mandiri dan tidak terlalu direcoki. Terdapat 27,45% remaja yang menginginkan orang tuanya selalu bertanya dan berdiskusi tentang belajar mereka, 11,76% justru tidak ingin ditanya dan diajak diskusi.

Sebaiknya orang tua tetap memperhatikan belajar anak-anaknya namun tidak merecoki mereka karena sebagian besar remaja, yakni 60,78% menginginkan orang tuanya hanya sesekali saja bertanya tentang belajar mereka. Orang tua jangan terlalu sering bertanya setiap waktu, namun jangan juga mengabaikan mereka.

Remaja adalah usia di mana mereka telah aktif mencari informasi yang mereka butuhkan, termasuk mengenai Covid-19. Terdapat 20,59% remaja yang memperoleh informasi Covid-19 dari televisi, sebagian besar mendapatkan informasi covid-19 dari berbagai platform media sosial (Instagram 22,55%, twitter 19,61%, Line 9,8%, FB 3,9%), WhatsApp group 5,88%, dan 16,66% bahkan aktif googling untuk mencari informasi covid-19.

Baca Juga:  Penyanyi Charly Van Houtten Kecelakaan di Tol Cipularang, Mobil yang Ditumpanginya Ringsek Parah

Selama dua minggu tinggal di rumah kebosanan telah mulai melanda mereka. Sebanyak 39,21% sudah merasa kurang nyaman, 37,25% merasa biasa aja, dan terdapat 23,52% merasa tetap nyaman. Kekurangnyamanan pada umumnya disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang melelahkan karena tugas yang banyak namun materi tidak disampaikan secara komprehensif.

Selain itu, mereka merasa tidak nyaman juga karena tidak dapat bertemu teman-teman dan juga karena keterbatasan kuota dalam mengakses pembelajaran online. Remaja yang mengaku tetap nyaman adalah karena orang tua serta kakak adik mereka ada dirumah sehingga bisa berkumpul dan bercengkerama, serta membuat mereka merasa aman keluarganya akan terhindar dari covid-19.

Kebutuhan berinteraksi dengan teman-teman merupakan hal yang harus selalu dipenuhi bagi para remaja. Memang terdapat 22.55% yang hanya pasif di grup chat namun 77,45% mengaku selalu aktif saling kontak. Sebanyak 34,31% diantara yang aktif tersebut bahkan bukan hanya chat namun juga sering melakukan video call. (RNU)