Fakta Mengerikan, Es Di Kutub Utara Mencair 30 Tahun Lagi

JABARNEWS | BANDUNG – Para peneliti di McGill University di Montreal, Kanada, menemukan fakta mengerikan tentang nasib Bumi di masa mendatang.

Dalam temuan mereka disebutkan bahwa lautan es di Kutub Utara akan musnah saat musim panas dalam 30 tahun ke depan. Hilangnya lautan es akan membawa konsekuensi yang menghancurkan bagi seluruh ekosistem Bumi, khususnya di Kutub Utara.

Lautan es adalah air laut di Kutub Utara yang membeku dan kemudian mencair sebagian setiap musim panas. Air laut ini akan kembali beku setiap musim dingin. Tapi dalam 30 tahun ke depan, lautan es yang mencair tidak akan membeku lagi. Artinya lautan es di Kutub Utara hilang selama-lamanya.

Jumlah lautan es selama musim panas di Kutub Utara terus menyusut dalam beberapa dekade terakhir akibat pemanasan global.

Baca Juga:  Tak Jelas Juklak Juknis Program PTSL, Ratusan Apdesi Tasik Datangi Kantor BPN

Sejak pencatatan satelit dimulai pada 1979, lautan es di Kutub Utara selama musim panas telah hilang sebanyak 40%. Begitu juga dengan volumenya, yang telah hilang hingga mencapai 70%, menurut laporan The Guardian.

Meski begitu, penyusutan tersebut dianggap merupakan yang terkecil kedua di tahun 2019 lalu, laporan National Oceanic and Atmospheric Administration di Amerika Serikat menyebutkan.

Lautan es memengaruhi komunitas Arktik dan margasatwa di dalamnya seperti beruang kutub dan walrus. Selain itu, lautan es Kutub Utara membantu mengatur suhu planet Bumi dengan memengaruhi sirkulasi atmosfer dan laut. Tidak hanya itu, lautan es di Samudra Arktik ini juga memengaruhi pola cuaca global.

Di saat luas lautan es di Kutub Utara terus menurun selama transisi ini hingga benar-benar hilang, dampak perubahannya dari tahun-ke-tahun juga meningkat. Membuat hidup lebih sulit bagi populasi lokal dan spesies yang bergantung pada es.

Baca Juga:  Resep Makanan Chicken Katsu, Hidangan Asal Jepang yang Nikmat

Hal itu diungkapkan salah satu peneliti di McGill University, Bruno Tremblay, yang juga bagian dari penulis penelitian ini. Saat iklim berubah, Kutub Utara memanas lebih dari dua kali lebih cepat dari tempat lain di planet ini.

Temperatur udara Kutub Utara sekitar 3,4 derajat di atas rata-rata pada 2019 dan merupakan yang terhangat kedua sejak pencatatan dimulai pada 1900.

“Seberapa sering Kutub Utara kehilangan lautan esnya di masa depan tergantung pada emisi karbon,” kata penelitian itu.

Jika emisi karbonnya rendah, tahun-tahun tanpa es di Kutub Utara hanya akan terjadi sesekali. Sebaliknya, jika emisi karbonnya tinggi, Samudra Arktik akan menjadi bebas es di sepanjang tahun.

Baca Juga:  Mengenal Ragam Manfaat Jagung Rebus Bagi Kesehatan, Bisa Cegah Kanker

Dengan demikian, meski manusia berusaha untuk mengurangi emisi karbon secara dramatis, lautan es selama musim panas mungkin tetap akan hilang, menurut penelitian tersebut.

“Jika kita mengurangi emisi karbon global secara cepat dan substansial, kemudian menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, lautan es Kutub Utara kemungkinan akan hilang sesekali di musim panas bahkan sebelum 2050,” kata Dirk Notz, penulis utama penelitian yang mengepalai kelompok riset lautan es di University of Hamburg, Jerman.

Penelitian ini menganalisis hasil terbaru dari 40 model komputer iklim terbaru dan melibatkan 21 lembaga penelitian dari seluruh dunia. Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters, sebuah publikasi dari American Geophysical Union. (Red)