Konon, Adolf Hitler Mati Di Indonesia dan Nikahi Gadis Sunda

JABARNEWS | BANDUNG – Siapa tak kenal Adolf Hitler? Diktator Nazi yang tanpa kompromi. Sosok yang satu ini memang penuh dengan kontroversi. Hingga saat ini teka-teki soal kematiannya masih menjadi misteri.

Ada beberapa versi soal kematiannya yang diduga terjadi pada 30 April 1945. Versi yang paling populer menyebutkan bahwa Hitler tewas bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dan minum racun sianida pada 30 April 1945, saat Jerman diduduki oleh Uni Soviet. Meski sejumlah ahli sejarah ragu Hitler menembak dirinya, dan menduga hal itu hanyalah propaganda Nazi untuk menjadikan Hitler sebagai pahlawan.

Ada satu versi yang menarik untuk diulas soal kematian sang diktator, bahwa dia mati di Indonesia. Bukan sekedar rumor, namun ada bukti yang mendukung teori tersebut. Hitler yang terkenal sangat bengis di abad ke 20, diduga bersembunyi di Indonesia sejak tahun 1954 sampai dengan tahun 1970.

Sebelumnya, ia tercium oleh Sekutu (AS, Uni Sovyet, Inggris dan Prancis) yang selanjutnya diusut oleh Pemerintah Israel yang terus-menerus mengejar para tokoh Nazi. Pada tahun 1954 Adolf Hitler masuk ke Indonesia dengan menggunakan nama palsu, dr Poch.

Pada awalnya dr Poch tinggal di Dompu lalu pindah ke Bima, selanjutnya pindah ke Kabupaten Sumbawa Besar, kemudian bekerja menjadi dokter di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa Besar. Seluruh penduduk pulau Sumbawa kenal dengan dokter ini, yang di panggil dengan julukan “dokter Jerman”.

Salah satu peninggalan Adolf Hitler meninggal pada tanggal 15 Januari 1970 di Surabaya, yaitu buku catatan kecil berwarna cokelat ukuran 9×16 cm dengan tebal 44 cm.

Di dalam buku itu tertulis puluhan address book teman-teman dan kolega Hitler yang sama, seperti yang ada di sejarah Eropa. Begitu pula tulisan tangan yang dibuatnya dibuku-buku tersebut sangat identik dan mirip dengan tulisan tangan Hitler.

Buku ini mempunyai arti yang sangat besar, karena merupakan salah satu bukti otentik yang menyatakan bahwa “dr Poch” adalah dewa-Nazi, Adolf Hitler. Kemudian Hitler bertemu dengan seorang gadis bernama Sulaesih yang sedang menggembara ke Sumbawa Besar, yang akhirnya dilamar oleh Hitler.

Baca Juga:  Pilkades Seluruh Jawa Barat Bakal Ditunda, Ini Alasannya

Tidak lama setelah dr Poch melamar Sulaesih, beliau memeluk agama Islam pada tahun 1964, yang disaksikan oleh Ketua Kantor Agama di Sumbawa, (tapi sayang Sulaesih lupa namanya) dan mengganti namanya menjadi Abdul Kohar. Pada tahun 1965 Hitler pun menikahinya.

Aries Zulkarnaen, salah satu saksi keberadaan dr Poch pada tahun 2010 lalu mengatakan dokter itu punya dua kepribadian yang bertolak belakang, pemarah namun sering bercanda dengan warga.

“Dia pemarah, banyak memberi resep dengan mulut [menyebutkan nama obat], tapi kalau ada yang tanya lagi, dia bilang, kan sudah saya bilang,” kata Aries.

Poch juga akan marah jika pasiennya menyebut penyakit yang mereka derita.

“Apa kamu dokter?,” kata Aries, menirukan gertakan yang sering diucapkan Poch. Ditambahkan Aries, Poch yang dia kenal juga humoris. “Nggak takut guyon dengan masyarakat,” kata dia.

Yang paling menonjol dari Poch, ungkap Aries, adalah caranya menyetir mobil Jeep kap terbukanya. “Jalan-jalan di Sumbawa dulu belum bagus, tapi dia menyetir dengan satu jari. Luar biasa,” kata Aries. “Itu tanda-tanda dia mantan tentara,” tambah Aries.

Meski tak pernah menyangka bahwa Poch adalah Hitler, Aries mengaku masyarakat memperkirakan dia mantan tentara Nazi.

“Dia sangat enerjik, kelihatan sekali tentaranya. Warga saat itu sudah mengira dia mantan tentara NAZI,” jelas dia.

Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983 terdapat sebuah artikel tentang Hitler. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo, dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar.

Dr Sosrohusodo menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut. Orang itu diduga Hitler.

Baca Juga:  PDIP dan AMIN akan Bentuk Tim Khusus untuk Bongkar Kecurangan Pilpres 2024

Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal. Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan. Kemudian tangannya, kata Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.

Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya, yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.

Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya keahlian tentang kesehatan. Sosro mengaku pernah memeriksa tangan kiri Poch yang selalu bergetar.

Saat menanyakan kapan gejala ini mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada istrinya yang lalu menjawab, “Ini terjadi ketika Jerman kalah di pertempuran dekat Moskow. Saat itu Goebbels mengatakan padamu bahwa kau memukuli meja berkali-kali,” jelas Sulastri.

Sulastri sudah tahu mengenai peristiwa tersebut sejak beberapa tahun lalu, karena suaminya telah menceritakan kejadian-kejadian masa lalunya tersebut kepadanya. Goebbels yang disebut istri Poch diduga adalah Joseph Goebbe, menteri propaganda Jerman yang dikenal loyal dengan Hilter.

Kata Sosro, istri Poch, yang diduga Eva Braun, beberapa kali memanggil suaminya ‘Dolf’, yang diduga kependekan dari Adolf Hitler.

Sebelum menikah, Sulaesih suka berkunjung ke rumah “dr Poch”, ia sering melihat seorang wanita yang sudah berumur, menurut dr. Poch dia adalah istrinya, orang Jerman juga bernama Helena. Tapi Sulaesih tak percaya karena Helena terlihat jauh lebih tua dari dr. Poch.

Ketika Helena ingin kembali ke Jerman karena tidak cocok dengan iklim di Sumbawa Besar, ia menitipkan amahan kepada Sulaesih. Dia menitipkan Gi (sebutan dr. Poch, kependekan dari Georg Anto / GA), tolong diuruskan segala keperluannya.

“Mungkin artinya saya harus menikah dengan dr. Poch,” jelas Sulaesih.

Baca Juga:  Warga Mengeluh Longsor, Dinas PUPR: Bukan Tanggung Jawab Pemkot Depok

Akhirnya Sulaesih menikah pada usia 34 tahun, sedangkan dr. Poch berusia 64 tahun. Walaupun terpaut 30 tahun, tidak menghalangi mereka untuk menikah. Sulaesih akhirnya tidak lagi bekerja di Pemerintah Daerah, tapi bersama dr. Poch mengurusi pasien dan mengurus rumah tangga.

Memang selama ini Hitler diduga kuat melarikan diri ke suatu negeri di selatan. Salah satu lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat persembunyiannya adalah Indonesia, yang diyakini juga oleh Prof. Arysio Santos (Pakar Fisika Nuklir dan Geolog Brazil) sebagai ‘Atlantis yang hilang’.

Bahkan tentara Nazi mencari Atlantis hingga ke kutub selatan. Legenda Atlantis dekat dengan agama Nazi, oleh sebab itu sejak lama Hitler memang mencarinya. Di Indonesia pula, Madame Blavatsky yaitu Guru Okultis Hitler, juga tinggal di Indonesia.

Namanya dulu diabadikan sebagai nama jalan, kini diganti menjadi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, di mana Loji Freemason ‘Bintang Timur’ pernah berdiri. Ditambah lagi dengan adanya sebuah makam misterius di Surabaya diyakini sebagai makam Adolf Hitler.

Berbagai petunjuk memang mengarah ke sana. Terlebih Brandenburgers Codex, sebuah manuskrip berbahasa Jerman kuno, ditemukan dan mengindikasikan jika Hitler memang melarikan diri ke Indonesia.

Menurut penulis buku, salah satu bukti yang kuat adalah dari sebuah ‘memo’ (buku kecil) catatan dari Dr Poch. Dari tarikan tangan saat menulis, sama persis seperti tulisan tangan yang ada di museum Jerman. Dan nyaris seluruh address book yang dicatat di dalam memo itu, yaitu yang mencatat nomer-nomer telepon orang-orang terdekat Hitler memiliki nomer telepon yang sama!

Hingga saat ini banyak yang percaya bahwa Hitler memang mati di bunker dengan cara bunuh diri, entah itu dengan menenggak racun atau senjata. Beberapa bukti barangkali bisa membenarkan asumsi itu.

Namun harus diakui, spekulasi lain juga ada; bahwa Hitler mati di Indonesia. (Red)

(Dirangkum dari berbagai sumber)