Waspada 18 Daerah Ini Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem

JABARNEWS | BANDUNG – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikora Karnawati mengimbau sejumlah kepala daerah dan masyarakat agar waspada potensi cuaca ekstrem untuk sepekan ke depan.

“Puting beliung, angin kencang, hujan lebat disertai kilat atau petir, hujan es, dan lain-lain,” kata Dwikora dalam surat peringatan dini cuaca kepada kepala daerah pada Senin (27/4/2020).

Sejumlah wilayah yang patut waspada potensi cuaca ekstrem itu, di antaranya Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Baca Juga:  Gara-gara Jadi Timses dan Caleg, PBNU Nonaktifkan 63 Pengurus

Dampak yang ditimbulkan adalah banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin dalam 1 hingga 5 hari ke depan.

Dwikora menjelaskan, sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami periode peralihan dari musim hujan ke kemarau (pancaroba).

Pada periode pancaroba ini, cuaca umumnya berubah lebih dinamis dan dipengaruhi pemanasan permukaan radiasi matahari, sirkulasi atmosfer lokal, serta ada atau tidaknya gangguan atmosfer di atas suatu wilayah dan sekitarnya, akibat aktivitas badai tropis, pusaran angin atau gelombang atmosfer ekuator tropis.

Baca Juga:  Ini Angin Segar Bagi Calon Penumpang Pesawat Terbang, Simak

BMKG mencatat ada indikasi perambatan gelombang atmosfer ekuator tropis MJO (Maden Julian Oscilation) dan sirkulasi siklonik (pusaran angin) di sekitar Laut Jawa bagian barat, serta di perairan utara Maluku dan Papua Barat pada perode 27 Aprill – 3 Mei 2020.

Baca Juga:  Pemerintah Siapkan Anggaran untuk Gaji PPPK Tahun 2023, Berapa Jumlahnya?

“Ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan yang cepat dan lebat,” kata Dwikora.

Cuaca ekstrem juga berupa gelombang atmosfer ekuator tropis merupakan gangguan atmosfer berupa perambatan klaster udara basah yang menjalar dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-90 hari.

Pada saat berada di atas suatu wilayah, kata Kepala BMKG, perambatan MJO dapat memicu pertumbuhan awan yang cepat dan besar sehingga menghasilkan hujan dengan curah yang tinggi. (Red)