Tak Perlu Aparat Keamanan, di Kota Ini Kotoran Ayam Bisa Cegah Penyebaran Corona

JABARNEWS | BANDUNG – Masyarakat dunia sedang menghadapi wabah Corona Covid-19. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah tidak menambah korban dengan cara tidak menyebarkan virus tersebut.

Pemerintah Indonesia saat ini sudah melakukan upaya untuk memutus mata rantai penularan virus Corona. Imbauan itu menjaga jarak fisik (physical distancing), kerja dari rumah, belajar di rumah, hingga beribadah di rumah terus digaungkan.

Namun ada sebuah kota di Swedia selatan menggunakan kotoran ayam untuk mencoba mencegah penyebaran virus corona selama acara perayaan tahunan pada Kamis.

Baca Juga:  Unduh Dulu Aplikasi Ini Sebelum Berwisata ke Yogyakarta

Kota universitas, Lund, mulai menyebarkan kotoran ayam di taman kotanya untuk mencegah anak muda yang biasanya datang pada 30 April untuk merayakan Malam Walpurgis.

Acara itu, yang menandai pergeseran dari hari-hari musim dingin yang gelap dan dingin menuju hari-hari musim semi dan musim panas yang lebih cerah, biasanya dirayakan dengan piknik, pesta, dan api unggun di seluruh negeri, dan secara rutin dirayakan oleh ribuan pelajar atau anak muda.

Baca Juga:  Nathan Tjoe-A-on Dipastikan Ikut Perkuat Timnas Indonesia di Piala Asia U-23

“Ini adalah taman di mana biasanya 30.000 orang berkumpul, tetapi dengan COVID-19, perayaan sebesar itu tidak terpikirkan,” kata walikota kota itu, Philip Sandberg kepada Reuters.

“Kami tidak ingin Lund menjadi pusat penyebaran penyakit,” imbuhnya.

Swedia telah mengambil pendekatan yang lebih lunak dibandingkan banyak negara lain untuk mencegah penyebaran penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona. Negara itu mengimbau dan bukannya memerintahkan orang untuk menjaga jarak sosial.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Minta Universitas Sigap Menyikapi Perkembangan Global

Sejalan dengan kebijakan ini, pihak berwenang telah meminta warga untuk tidak berkumpul guna merayakan Malam Walpurgis tahun ini, tetapi belum melarang perayaan.

Pihak berwenang takut anak muda, terutama pelajar, masih ingin menikmati piknik dan minum-minum di taman.

“Sebagian besar siswa di Lund dan bagian lain Swedia menghargai rekomendasi karena meskipun hanya sejumlah kecil orang yang pergi ke taman itu dapat menjadi risiko besar,” kata Sandberg. (Red)