Resmi! Remdesivir Sebagai Obat Virus Corona Di Amerika

JABARNEWS | BANDUNG – Badan Administrasi Pangan dan Obat-obatan Amerika (FDA) memastikan Remdesivir sebagai obat yang bisa digunakan untuk pasien virus Corona (COVID-19). Dengan begitu, produsen Remdesivir (Gilead) sudah bisa memproduksi dan mendistribusikannya secara luas. Hal ini disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump dalam pengumuman Jumat (1/5/2020).

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Remdesivir menunjukkan hasil positif ketika digunakan kepada pasien-pasien virus Corona. Meski bukan vaksin dan tidak menyembuhkan secara total, Remdesivir meringankan gejala Corona dan membantu pasien pulih lebih cepat. Selain itu, Remdesivir semakin ampuh apabila digunakan saat gejala Corona pada pasien belum terlalu parah.

Baca Juga:  Izin Karaoke Executive Venesia BSD Dicabut, Ini Sebabnya

Positifnya efek Remdesivir mendorong pemerintah Amerika untuk melakukan uji coba lebih lanjut terhadapnya. Hasilnya konsisten dengan temuan awal sehingga FDA memutuskan Remdesivir bisa digunakan untuk pengobatan pasien virus Corona.

Berdasarkan keterangan dari Gedung Putih, Gilead akan memproduksi 1,5 juta vial Remdesivir dalam waktu dekat. Jumlah pasien yang bisa ditanganinya, kurang lebih, 140 ribu orang tergantung seberapa lama mereka dirawat. Adapun 1,5 juta vial tersebut akan menjadi donasi dari Gilead, bukan produk yang dijual.

Untuk kloter produksi yang akan dijual, Gilead belum mengumumkan kapan produksi akan dimulai dan berapa jumlahnya. Bahkan, Gilead belum menentukan harganya.

Baca Juga:  Soal Hoaks, Mahfud MD: Jangan Sekali-Kali Bikin Hoaks Apalagi Ikut Menyebarkan Bisa Kena Pasal

Institusi Pengkajian Klinis dan Ekonomi memprediksi biaya produksi Remdesiviir, untuk 10 hari penggunaan, berada di kisaran US$10 (Rp150 ribu). Namun, apabila menghitung jumlah stok, besarnya kebutuhan, nilai riset, serta keefektifannya, maka diperkirakan harganya bisa melonjak hingga US$4500 atau setara Rp67 juta.

Vaksin Remdesivir merupakan antivirus yang dikembangkan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Amerika Serikat, Gilead Sciences. Vaksin dengan kode pengembangan GS-5734 ini masuk kelas analog nukleotida. Antivirus ini disintesis dalam beberapa turunan ribosa.

The US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) mengatakan, pasien yang menggunakan obat itu memiliki kurun waktu pemulihan yang lebih cepat daripada pasien yang hanya mendapatkan plasebo.

Baca Juga:  Besok, Presiden Jokowi Jajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Waktu rata-rata pemulihan untuk pasien dengan remdesivir adalah 11 hari. Sementara pasien yang hanya diobati dengan plasebo membutuhkan waktu pemulihan hingga 15 hari.

Remdesivir adalah antivaksin sebuah prodrug analog nukleotida yang digunakan untuk pengobatan untuk infeksi virus Ebola dan virus marburg pada 2013-2016 lalu. Obat ini juga dinilai aman karena pernah diuji pada pengidap Ebola sebelumnya dan tidak menyebabkan efek buruk. (Red)