Jika Lempeng Tektonik Raksasa Dekat Indonesia Terpisah, Ini yang Terjadi

JABARNEWS | BANDUNG – Sebuah studi terbaru mengatakan bahwa dalam waktu singkat (secara geologis) sebuah lempeng tektonik raksasa yang berada di bawah Samudera Hindia secara perlahan akan terbelah menjadi dua.

Akan tetapi bagi manusia, perpisahan ini akan berlangsung lama. Lempeng itu, yang dikenal sebagai lempeng tektonik India-Australia-Capricorn, terbelah dengan cepat dengan kecepatan siput-sekitar 0.06 inci (1.7 milimeter) setahun.

Dengan kata lain, dalam satu juta tahun, dua keping lempeng akan berjarak sekitar 1 mil atau 1.7 kilometer lebih jauh dari yang sekarang.

Dilansir Lve Science, Minggu (24/5/2020), Wakil Peneliti Studi Aurelie Coudurier-Curveur mengatakan, “Ini bukan struktur yang bergerak cepat, tetapi masih signifikan dibandingkan dengan batas-batas planet lainnya.”

Piring terbelah sangat lambat dan sangat jauh di bawah air sehingga para peneliti hampir melewatkan apa yang terjadi.

Baca Juga:  Negara Bakal Bantu Korban Kecelakaan Bus Sumedang

Namun, dua gempa kuat yang berasal dari tempat yang tidak biasa di Samudra Hindia menunjukkan bahwa beberapa perubahan kerak bumi sedang terjadi.

Gempa bumi ini terjadi pada 11 April 2012 di bawah laut dekat Indonesia. Para ilmuwan merasa aneh bahwa gempa tidak berasal dari dua lempeng tektonik yang saling bergesekkan tetapi dari tengah lempeng.

Ini bukan kejutan lengkap karena lempeng India-Australia-Capricorn tidak selalu berfungsi sebagai satu kesatuan yang kohesif.

Coudurier-Corveur mengatakan, “Ini seperti puzzle. Ini bukan piring yang seragam.”

“Ada tiga lempeng yang kurang lebih diikat bersama dan bergerak ke arah yang sama bersama,” ucap Coudurier.

Sebuah penelitian baru-baru ini mengamati bagian lempeng yang dikenal sebagai Cekungan Wharton karena dari sinilah gempa bumi berasal.

Baca Juga:  Yuk Kenalan Dengan Muhammad Yusuf, Pencetus Alat Rapid Test 2.0

Mereka menggunakan teknik yang mengukur berapa lama gelombang suara memantul dari dasar lautan untuk memetakan lanskap di bawah permukaan.

Ketika mereka melihat kembali data yang mereka perhatikan “pull-aparts” atau “trike-slip faults”, yang merupakan area di piring yang dapat menyebabkan gempa bumi ketika mereka meluncur melewati satu sama lain secara horizontal.

Ini bisa divisualisasikan dengan menyatukan kepalan tangan dan menggesernya maju dan mundur.

Tim menemukan, 62 daerah yang terpisah ini di sepanjang zona fraktur yang dipetakan membentang 217 mil.

Beberapa area ini sangat besar, berukuran panjang hingga lima mil dan lebar 18 mil. Sedangkan yang lain diperkirakan sedalam 120 meter.

Para ilmuwan berpikir celah ini mulai terbentuk sekitar 2.3 juta tahun yang lalu di sepanjang garis yang melewati pusat gempa bumi 2012.

Baca Juga:  Audy Item Tak Hadiri Pemeriksaan Alasan Kesibukan, Polisi Jadwalkan Ulang Besok

William Hawley, Seismolog yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, “Sepertinya itu belum menjadi batas lempeng yang sepenuhnya terbentuk.”

“Tetapi pesan yang dapat dibawa pulang adalah bahwa pesan itu menjadi satu dan mungkin merupakan penyebab dari banyak deformasi yang kita tahu terjadi di sana.”

Jika daerah-daerah terpisah ini berubah menjadi penuh dengan fraktur, masih tidak perlu panik karena para peniliti berpikir zona fraktur tidak akan menghasilkan gempa bumi lain selama 20.000 tahun.

Namun, gempa bumi yang kuat ini mungkin mulai terjadi setiap 20.000 tahun ketika fraktur berlanjut. Diperlukan waktu puluhan juta tahun sebelum perpecahan selesai. (Red)