Gelombang Tinggi Menerjang Beberapa Hari Terakhir, Ternyata Karena Ini

JABARNEWS | BANDUNG – Video viral gelombang laut setinggi enam meter yang menghantam beberapa kawasan pesisir pantai di Indonesia hingga menimbulkan kerusakan. Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut, menjelaskan fenomena tersebut.

Pemicunya adalah adanya siklon tropis di selatan Samudra Hindia, yaitu topan Ampha dan Topan Mangga. Pada saat bersamaan ada spring tide dimana tunggang air naik tinggi sebagai fenomena pasang laut yang puncaknya pada 28 Mei lalu dan viral di media sosial.

“Jadi saat pasang sedang tinggi karena purnama, dihembus oleh angin kencang topan di selatan Samudra Hindia dengan kecepatan 50 knot, yang bisa menyebabkan gelombang tinggi 5-7 meter,” ujar Menurut Kepala Pusat Hidrologi dan Oceanografi, Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro.

Baca Juga:  Tega Banget! Ditinggal Tangani Bencana Motor Plat Merah Digondol Maling

Menurut data yang dimiliki oleh Pus Hidrosal, saat kejadian di pesisir Benoa Bali dan Pantai Lembar Lombok, pasang naik saat itu berketinggian 1,5 meter di Benoa dan Pantai Lembar setinggi 1,2 meter.

Siklon tropis Topan Amphan di Samudra Hindia Barat Laut Bengkulu, dengan pergerakan dari perairan selatan semenanjung Kerala India, bergerak ke arah timur laut dan luruh di daratan Bangladesh.

Siklon tropis dengan kecepatan hingga 50 knot ini masih mempertahankan kekuatannya saat mencapai pantai barat Sumatera hingga 25-30 knot. Pada 20 Mei 2020 gelombang akibat Siklon ini menimbulkan tinggi gelombang hingga 7 meter dan di pantai barat Sumatera mencapai 5 meter.

“Sementara pada periode yang sama, Topan Mangga yang terbentuk pada area sebelah tenggara dari awal kemunculan Topan Amphan atau di Barat Daya Bengkulu, siklon tropis ini bergerak ke arah Timur-Tenggara dan meluruh di daratan Australia,” ujar perwira tinggi AL bintang dua ini.

Baca Juga:  10 Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia di Tanah Suci, 447 Jemaah Lainnya Sakit

Kecepatan angin yang ditimbulkan mencapai 30-40 knot serta membangkitkan gelombang laut 5 – 6 meter, di pesisir selatan Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Laksamana Muda Harjo menjelaskan bahwa siklon tropis yang belakangan lebih sering terjadi, karena pemanasan global (global warming) menyebabkan suhu muka air laut yang tidak merata. Jika ada tekanan rendah, akan menjadi titik energi angin berkumpul dari kawasan bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah yang menyebabkan topan, karena kekuatan energi tidak sama, menyebabkan topan itu bergerak.

Baca Juga:  Menyambut Panen Raya, Bulog Dituntut Untuk Gerak Cepat

Ia pun menjelaskan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan fenomena alam ini. Hanya saja, dalam situasi pasang tinggi, warga sekitar pantai hendaknya menjauhi pesisir. Pasang tinggi ini di pantai utara Jawa sering disebut rob, seperti di pesisir Jabodetabek, pesisir Semarang, Jawa Tengah hingga ke Pantai Jepara.

“Kepada masyarakat, hendaknya dapat memanfaatkan media massa untuk dapat menyimak kejadian-kejadian sejenis. Kejadian gelombang tinggi akibat cuaca ekstrem tidak terkait dengan tsunami, masyarakat hendaknya tenang namun tetap waspada terhadap kemungkinan dampak yang timbul atas kerusakan materi dan kemungkinan kecelakaan karena adanya gelombang tinggi, terutama kepada mereka yang beraktivitas si sepanjang pantai,” imbaunya. (Red)