Perjuangan Guru di Ujung Purwakarta Demi Tersampainya Soal Ujian

JABARNEWS | PURWAKARTA – Ujian Penilaian Akhir Tahun (PAT) untuk SD dan SMP di Kabupaten Purwakarta dilakukan sejak hari ini tanggal 3 Juni sampai 10 Juni mendatang.

Diketahui, ada dua metode yang dilakukan pihak sekolah dalam ujian untuk kenaikan kelas ini. Pertama, dengan sistem online, pihak sekolah mengirimkan soal ke siswa atau orang tua siswa melalui aplikasi WA atau lainnya.

Yang menarik, sistem kedua jika di wilayah bersangkutan jaringan internet tidak tersedia dengan baik, seperti Plered, Cibatu, Sukasari dan peloksok lainnya. Atau ada kondisi dimana si siswa (orang tua siswa) tidak memiliki smartphone atau perangkat lainnya.

Dengan kondisi tersebut pihak sekolah (Guru) harus mengantarkan soal satu persatu ke setiap rumah siswa.

Baca Juga:  SJH Jadi Venue Piala Dunia U-20, Ini Kata Bupati Bandung

Seperti halnya dilakukan para guru di SMPN Satap 2 Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, karena daerah tersebut tidak terjangkau akses internet dan jaringan seluler yang lancar.

Medan yang ditempuh dalam pekerjaan Mochamad Aripin, seorang guru di SMPN 2 Sukasari, Purwakarta bisa membuat sebagian orang mengelus dada. Tapi, tak sedikit juga yang kagum.

Jalan berbatu, kadang becek dan menyeberang sungai tanpa jembatan harus dia tempuh demi mengantarkan soal ujian Penilaian Akhir Tahun (PAT) ke rumah-rumah siswanya di sekitar Desa Parung Banteng Kecamatan Sukasari, Purwakarta. Berbekal motor butut menemani guru PNS berusai 38 tahun itu.

Baca Juga:  Tiga Manfaat Minyak Canola Bagi Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Menyehatkan Jantung

“Karena jarak yang jauh dan medan yang sulit untuk dilalui dan sulit juga susah sinyal kami kadang menunggu meredanya debit air sungai hingga menurun, agar kami bisa melewati dan bisa sampai tujuan, mengantarkan soal ujian,” kata Aripin, saat dihubungi melalui pesan selulernya. Rabu (3/7/2020).

Terlebih, lanjut Aripin, di Kampung Cibodas atau Kampung Wangun Tonggoh Desa Parung Banteng, Kecamatan Sukasari terdapat jalan penghubung antar desa yang terdapat sungai, namun belum ada jembatan.

“Ya terpaksa harus nyeberang sungai, tapi kadang harus nunggu debit air turun. Intinya saya bersama guru-guru lain harus tetap berusaha bisa menyampaikan soal ke sekitar 107 siswa SMPN 2 Sukasari. Jarak dari sekolah ke rumah siswa, ada yang lebih dari 5 kilometer sampai 8 kilometer. Bahkan ada juga siswa yang berdomisili di perbatasan kabupaten cianjur,” jelasnya.

Baca Juga:  Waspada! Gelombang Tinggi Hingga 6 Meter Potensi Terjadi di Perairan Ini

Seolah tak kenal lelah, guru-guru di SMPN 2 Satap Parungbanteng, datang ke rumah siswa secara langsung, demi untuk memberikan soal ujian bagi para siswanya.

Aripin berharap ada motor dinas dari pemerintah untuk guru di perbatasan yang sesuai dengan medan jalan dan kondisi geografis.

“Kalo motornya sesuai medan, mungkin tidak terlalu kerepotan, kadang motor saya sering mogok, maklum udah tua,” harapannya. (Gin)