Antara Rindu dan Rasa Takut Bersekolah Di Masa Pandemi

JABARNEWS | BANDUNG – Sejumlah pelajar mengaku rindu kembali belajar di ruang kelas atau bercengkerama dengan teman-teman sekolah seperti pada masa normal. Namun mereka lebih memilih berdiam dan belajar di rumah selama pandemi Covid-19 masih membahayakan keselamatan.

Kerinduan kembali di sekolah dirasakan oleh Nadien (16), pelajar kelas 1 SMA di Jakarta Selatan. Ia telah belajar dari rumah sejak pertengahan Maret lalu. Nadien ingin kembali belajar di ruang kelas. Tetapi ia mengaku ragu siswa bisa menahan diri untuk menjaga jarak jika sekolah kembali dibuka di masa pandemi.

“Pasti banyak banget yang ngelanggar. Karena keinginan buat ngobrol, main sama teman-teman dan berdekatan pasti lebih tinggi. Karena penyakit kan enggak bisa dilihat langsung,” katanya dilansir dari laman CNNIndonesia.com, Jumat (5/6/2020).

Baca Juga:  Saat Muhammadiyah-NU Kompak Serukan Shalat Tarawih di Rumah

Masuk bulan ketiga belajar di rumah, Nadien mengaku makin sulit mencari motivasi belajar dari rumah. Ia masih membutuhkan waktu adaptasi agar bisa menetapkan rumah sebagai tempat belajar. Sebelum corona, rumah jadi tempatnya istirahat.

Micky (16) siswa kelas 1 SMA di Surabaya, Jawa Timur pun setuju bahwa kondisi pandemi di Indonesia belum aman bagi siswa untuk kembali belajar di sekolah. Meskipun masih duduk di bangku sekolah, ia mengaku rajin mengikuti perkembangan kasus di Surabaya maupun Indonesia.

Salah satu yang jadi perhatiannya adalah fenomena orang tanpa gejala (OTG). Menurut Micky keberadaan OTG membuat siswa, seandainya kembali belajar di sekolah, semakin rentan tertular dan menularkan virus.

Ia pun ragu protokol kesehatan bisa diterapkan maksimal di sekolah. Bahkan bila ruang kelas diberi sekat untuk menjaga jarak.

Baca Juga:  Defisit BPJS Kesehatan Ancam Keberlanjutan JKN

“Kalau istirahat percuma, kita juga ngumpul lagi,” ujarnya.

Solusi yang memungkinkan, menurut Micky, adalah memangkas jumlah siswa dalam satu kelas. Artinya, waktu belajar di bagi dalam beberapa sif.

Micky bukannya tak mau kembali ke sekolah. Ia bahkan mengaku memiliki banyak kendala saat belar dari rumah. Salah satunya terkait komunikasi dengan guru. Saat jam belajar gurunya tak selalu responsif menjawab pesan singkat, sehingga terkadang ia tertinggal mengerjakan tugas.

Micky merasa jengkel dengan masalah tersebut dan ingin kembali sekolah seperti normal. Namun jika kegiatan sekolah dipaksakan selama pandemi, ia percaya bakal membawa bahaya.

Buat Aisyah, siswa kelas 5 SD di Tangerang Selatan, Banten, sulit membayangkan mengenakan masker selama jam sekolah. Aisyah yang masih berusia 10 tahun ini berkaca dari pengalamannya sendiri. Ia sering merasa gerah memakai masker dalam waktu lama.

Baca Juga:  Disebut Bisa Hindari Sesak Napas, Ini Kecanggihan Gelang Oppo Band

“Ayah bilang kalau keluar harus pakai perlengkapan dulu, kayak masker, sarung tangan. Aku kalau keluar pakai masker, tapi sering keringatan. Gerah,” ungkapnya

Seperti diketahui, wacana pembukaan sekolah pertama kali diungkap Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid. Ia menyatakan pembukaan sekolah hanya dilakukan di daerah zona hijau. Pembukaan sekolah ini disebutnya bakal diungkapkan Mendikbud Nadiem Makarim.

Namun hingga kini Nadiem belum banyak bicara soal pembukaan sekolah. Ia hanya menyatakan pembukaan sekolah di masa pandemi masuk dalam kewenangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. (Red)