Lima Kecamatan Di Kabupaten Bogor Masih Beresiko Tinggi Penularan Corona

JABARNEWS | KAB. BOGOR – Tren penularan virus corona atau COVID-19 di Kabupaten Bogor Jawa Barat belum melandai, seiring terus bertambahnya jumlah pasien terinfeksi, kata Bupati Bogor Ade Yasin.

“Belum landai, hari ini ada penambahan 11 kasus positif baru. Kemarin delapan pasien,” katanya dalam keterangan tertulisnya dilansir dari laman Antara, Kamis (11/6/2020).

Hingga Kamis (11/6/2020) malam, ada sebanyak 273 pasien COVID-19 di Kabupaten Bogor, sebanyak 56 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19, dan 16 orang lainnya dilaporkan meninggal dunia.

Baca Juga:  Begini Cara Melindungi Kesehatan Mata Dari Polusi Udara

Di samping itu Pemkab Bogor juga mencatat ada sebanyak 1.639 orang dalam pemantauan (ODP), 1.391 di antaranya sudah selesai dipantau, dan 1.717 pasien dalam pengawasan (PDP), 1.291 di antaranya sudah selesai diawasi.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor itu menyebutkan bahwa masih ada lima kecamatan di Kabupaten Bogor Jawa Barat yang menjadi wilayah berisiko tinggi penularan virus corona COVID-19.

“Lima kecamatan itu Gunung Putri, Bojonggede, Cileungsi, Cibinong, dan Tajur Halang,” jelasnya.

Baca Juga:  Hari Tenang, di Purwakarta Masih Banyak APK Terpasang

Sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional secara parsial pada 5 Juni 2020, Pemkab Bogor mengklasifikasikan 40 kecamatan se-Kabupaten Bogor berdasarkan tingkat risiko penularan virus corona COVID-19. Tercatat ada sebanyak 28 kecamatan berisiko sedang, dan tujuh kecamatan berisiko rendah yaitu Tanjungsari, Tenjo, Tenjolaya, Sukamakmur, Sukajaya, Cijeruk, dan Jasinga.

“Kami telah melakukan perhitungan dengan menggunakan enam variabel untuk mendapatkan hasil tingkat kewaspadaan tingkat kecamatan dengan kategori rendah, sedang dan tinggi,” terangnya.

Baca Juga:  Anies Baswedan Sambut Gembira Pengumuman ITDP di Twitter

Ade Yasin mengatakan, angka reproduksi efektif Kabupaten Bogor masih 1,2 poin berdasarkan Bappenas, sehingga belum bisa melaksanakan fase normal baru atau new normal yang angka reproduksi efektifnya harus di bawah 1 poin.

“Kami terus melakukan upaya untuk menekan angka reproduksi, melalui penambahan jumlah rapid test dan swab test di lokasi lokasi keramaian, melakukan tracking, mewajibkan penggunaan masker dan upaya lainnya,” kata Ade Yasin. (Ara)