Wih Ngeri! Buzzer Ditempat Ini Disikat Habis Oleh Twitter

JABARNEWS | BANDUNG – Twitter menghapus puluhan ribu akun propaganda. Akun palsu tersebut telah melanggar kebijakan Twitter dan dianggap sebagai upaya untuk merusak pembicaraan publik. Para akun propaganda yang disponsori pemerintah tiga negara yaitu China, Rusia, dan Turki.

Semua akun dan kontennya telah dihapus dari Twitter, tetapi akun-akun tersebut tetap disimpan pada database arsip untuk para peneliti.

Jaringan akun pendengung (buzzer) terbesar adalah terkait pemerintah China. Totalnya 23.750 akun yang kemudian ada 150 ribu aku lain yang menggaungkan cuitan dari 23 ribu akun tersebut.

Baca Juga:  Satu Pegawai KPU RI Positif COVID-19, Bagaimana dengan Komisioner?

Para pendengung tersebut memiliki koordinasi untuk menyebarkan narasi pemerintah komunis China.

“Pada umumnya seluruh jaringan ini terlibat dalam sejumlah aktivitas-aktivitas manipulaif dan terkoordinasi. Mereka seringnya berkicau dalam bahasa China dan menyebarkan narasi-narasi geopolitik yang pro Partai Komunis China,” tulis Twitter via blognya.

Kementerian Luar Negeri China merespons kabar ini dengan meminta Twitter agar turut menghapus akun-akun yang menghina China. Dilansir Channel News Asia, jubir Kemlu China berkata negaranya menjadi sasaran kebohongan di banyak platform.

Baca Juga:  Dipercaya Bisa Turunkan Berat Badan, Ini Manfaat Air Garam

Sebelumnya, Twitter juga pernah mendeteksi akun pendengung terkait pemerintah China ketika demonstrasi Hong Kong sedang memuncak.

Buzzer pemerintah China itu bekerja untuk menyebarkan narasi Beijing tentang protes Hong Kong. Taiwan juga kerap menjadi sasaran oleh para pendengung tersebut.

Dilansir dari GSM Arena, hal ini diumumkan oleh akun Twitter Support. Twitter juga mengumumkan fitur baru yang sedang dalam tahap uji coba coba. Jejaring sosial mikroblog itu berharap pengguna terlebih dahulu membaca suatu artikel sebelum mengunggah atau menyebarkan artikel tersebut.

Baca Juga:  Tolak RUU HIP, Banom NU: Tidak Memiliki Urgensinya

“Berbagi artikel dapat menciptakan percakapan, sehingga Anda mungkin ingin membacanya sebelum menggunggahnya di Twitter,” tulis akun @TwitterSupport.

“Untuk membantu mempromosikan diskusi, kami sedang melakukan uji coba di Android, yaitu ketika Anda retweet sebuah artikel yang belum Anda buka di Twitter, kami mungkin akan bertanya apakah Anda ingin membukanya terlebih dahulu,” jelas Twitter.

Twitter sebetulnya diblokir di China. Hingga hari ini, Facebook, Google, bahkan Wikipedia diblokir di negara itu. (Red)