Nah Loh! Ada Detektif Covid-19 di Bogor, Apaan Sih Itu?

JABARNEWS | BOGOR – Mewabahnya virus Covid-19 menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah di berbagai negara di dunia. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh setiap negara untuk menangani ataupun mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas.

Beragam cara dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajarannya guna menangkal dan menahan laju penyebaran virus ‘mematikan’ ini. Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan rapid test (tes cepat).

Seperti halnya Pemerintah Kota Bogor melakukan beberapa langkah untuk menyikapi lonjakan kasus positif Corona atau COVID-19 dan menghadapi masa puncak pandemi di Kota Bogor yang diprediksi terjadi pada Juli-Agustus 2020. Salah satunya ialah membentuk tim Deteksi Aktif (Detektif) COVID sebagai bentuk penguatan di lapangan untuk menekan penyebaran virus tersebut.

Baca Juga:  Tak Lolos Parlemen karena Minim Libatkan Ulama, Ini Kata PPP

“Ada tiga langkah yang dilakukan Pemkot Bogor sekarang. Pertama adalah penguatan mitigasi infeksi. Mitigasi infeksi ini adalah sistem lacak dan sistem pantau yang sering kita dengar dengan sebutan surveillance. Kami juga melakukan penguatan pasukan di lapangan, kami sebut pasukan ini adalah Detektif COVID yaitu Deteksi Aktif COVID,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Sabtu (20/6/2020).

Detektif COVID Kota Bogor ini memiliki dua unit, yakni unit pelacakan dan unit pemantau. Detektif COVID juga dibentuk untuk memperkuat keberadaan RW Siaga yang sudah ada di Kota Bogor.

“Unit pelacak ini tugasnya adalah melacak atau spoting orang-orang yang teridentifikasi COVID-19, kemudian menentukan ODP-nya semaksimal mungkin, seakurat mungkin. Unit ini terdiri dari tim di kecamatan, ada Babinsa ada Babinkamtibmas di situ. Jumlahnya ada 130 orang,” tutur Bima.

Baca Juga:  Dahsyatnya Festival Hafiz Indonesia 2023 Hadir Di Bekasi Bersama Penghafal Al-Quran Cilik!

Sementara unit pemantau, lanjut Bima, memiliki tugas untuk memastikan orang dengan status ODP tidak berkeliaran selama 14 hari. Unit ini berjumlah sebanyak 822 orang.

“Kemudian unit pemantau yang tugasnya agar orang yang ODP tetap dipantau tidak kemana mana selama 14 hari. Ada 822 orang di seluruh Kota Bogor, karena kita rekrut untuk menguatkan tim yang ada di puskesmas ditambah satu kader di RW siaga,” kata Bima.

Berdasarkan kajian pakar epidemiologi, menurut Bima, puncak lonjakan kasus COVID-19 di Kota Bogor akan terjadi sekitar Juli-Agustus 2020.

Baca Juga:  Duh! Selama Tahun 2023 Ada 20 Kasus Bunuh Diri Anak, Ini Penyebabnya

“Ini saya kira mendekati prediksi tersebut, kita ini menuju puncak, dan terkendali apabila kita bisa mencegah transmisi dari luar. Tetapi yang kita khawatirkan adalah yang masuk ke Bogor,” ucapnya.

Bima Arya menjelaskan transmisi lokal sejauh ini bisa dikendalikan, kecuali yang tiga yaitu fasilitas kesehatan, pertokoan dan pasar.

Bima juga menekankan bahwa Pemerintah Kota Bogor proaktif dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan melakukan rapid tes dan pengambilan sampel dahak dengan metode swab secara massal untuk mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 terhadap orang-orang berstatus ODP dan PDP. (Red)