Keren, Pasutri Tenaga Honorer Ini Raup Penghasilan dari Tutut Saat Pandemi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Tutut sawah, kuliner turun-temurun yang satu ini masih jadi favorit warga Purwakarta. Olahan tutut sawah dengan cita rasa gurih dengan aroma khasnya itu bisa dijadikan cemilan maupun teman makan.

Peluang usaha tersebut ditangkap pasangan suami istri Sri Ratnasari dan Asep Sandia Azhar dijadikan sebagai pundi pundi penghasilan.

Terlebih, di masa pandemi Covid-19 ini banyak orang terpaksa bertahan di rumah dan menghindari aktifitas di luar rumah. Bahkan sekolah-sekolah baik formal maupun nonformal diliburkan sementara selama masa pandemi.

Banyaknya waktu luang dan libur sekolah, dua tenaga honorer di salah satu SMK di Purwakarta itu mengolah tutut menghasilkan nilai ekonomi.

Baca Juga:  Polisi Tangkap Pelaku Penyebar Video Asusila Siswi SMP di Tasikmalaya

“Berdiam diri di rumah tentu suatu hal yang membosankan, karena kegiatan belajar dipindahkan ke rumah sementara waktu, di samping melakukan pembinaan para siswa kemudian kami berinisiatif membuka peluang usaha, yaitu dengan mengolah tutut ini,” ujar Sri Ratnasari, di Purwakarta, Jumat (3/7/2020).

Sebelum diolah, ia mengaku mencari tutut terlebih dahulu bersama suaminya di sungai atau di area persawahan tak jauh dari rumah tersebut.

Setelah sudah terkumpul kemudian dibersihkan dan direndam selama tiga hari agar bau amisnya hilang.

“Selama tiga hari itu, airnya diganti satu hari tiga kali,” ungkap perempuan akrab disapa Ncie itu.

Baca Juga:  Sosok Terduga Teroris Bandung Ternyata Driver Ojol

Setelah itu, tutut sawah harus dibersihkan dahulu, terutama dipotong ujung belakangnya. Tutut lalu direbus beberapa menit, dan bersihkan lagi. Kemudian direbus lalu ditambahkan aneka bumbu dapur seperti bumbu penyedam rasa, kunyit dan sereh.

Ncie menambahkan, merebuh tutut membutuhkan waktu lama agar bumbunya meresap hingga ke bagian dalam.

“Kalau sudah kemudian tutut dikemas ke dalam sebuah wadah yang sudah disiapkan,” tambah dia.

Tutut hasil olahan Ncie ini dinami Tutut Kucrit yang memiliki dua varian rasa, yaitu rasa pedas dan original.

Adapun pemasaran, ia mengaku memanfaatkan media sosial seperti facebook dan instragram.

Baca Juga:  PNS Diminta Patuhi Larangan Buka Puasa Bersama selama Ramadhan, Ini Sanksi bagi yang Melanggar

“Alhamdulilah sudah banyak yang pesan, satu cup saya jual Rp5.000, setiap hari tak kurang dari 50 cup saya jual,” imbuhnya.

Diketahui, tutut atau keong sawah sudah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat Indonesia yang ampuh mengobati berbagai penyakit.

Tutut sendiri menjadi salah satu hidangan jadul yang hingga kini masih menjadi favorit masyarakat, terutama masyarakat Jawa Barat.

Tutut dikenal sebagai jenis keong sawah yang kaya akan nutrisi. Beberapa hasil penelitian para ahli, menyebut, tutut mengandung kalsium yang lebih tinggi ketimbang susu. Sebanyak 217 mg kalsium terdapat dalam daging tutut. (Gin)