Dorong Produksi Garam Di Cirebon Meningkat, Ini Anjuran Edhy Prabowo

JABARNEWS | CIREBON – Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mendorong agar produktivitas garam di Pantai Utara (Pantura), utamanya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat harus terus meningkat.

Dikatakan Menteri Kelauatan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo, pihaknya menganjurkan agar para pentani garam di Pantura dapat menerapkan sistem geomembran pada tambak garamnya. Sebab, dengan melakukan hal tersebut, produktivitas garam bisa meningkat hingga 40 persen.

“Produktivitas bisa dibantu dengan geomembran. Geomembran dapat membantu meningkatkan produktivitas hingga 40 persen. Kita lihat dan tolong dicek apa yang bisa dibantu di sini,” kata Edhy dalam sambutannya, saat melakukan kunjungan kerja, di Desa Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon. Selasa (07/7/2020).

Baca Juga:  Emil: Lelang Jabatan Transparan Dan Tidak Ada Titipan

Selain dengan geomembran, lanjut Edhy, saat ini KKP tengah mencari alternatif lain untuk meningkatkan produktivitas garam di Indonesia. Salah satunya, KKP bekerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi.

“Akan kami cari cara alternatif lain. Kami bekerjasama dengan ristek, katanya ada cara memproduksi garam dengan kandungan NaCl-nya di atas 97,” katanya.

Baca Juga:  Rekayasa Satu Arah di Jalur Puncak Akan Diterapkan Tentatif

Garam dengan kandungan NaCl di atas 97 persen, lanjut Edhy, sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan garam di dunia industri. Ia berkomitmen, selain meningkatkan produktivitas garam, KKP juga bakal meningkatkan kualitas dari garam itu sendiri.

“Ada dua hal yang saya akan lakukan untuk garam ini. Pertama saya pastikan garam kita NaCl-nya di atas 97 persen, karena industri butuh yang 97 persen. Kedua, produktivitas garam harus meningkat,” lanjutnya.

Baca Juga:  Pesan Penting Ade Yasin untuk Pengunjung Pasar dan Mall di Bogor

Ia juga menyampaikan, bila kualitas dan produktivitas garam di Indonedia sudah baik, maka kebijakan untuk mengimpor garam dari luar negeri bisa saja distop. Namun, untuk saat ini, kebijakan itu belum bisa dihentikan karena ditakutkan akan berdampak dengan kegiatan industri yang ada.

“Kalau sekarang garam gak boleh impor, takutnya industri-industri yang lain akan mati. Ini yang khawatir,” lanjutnya. (CR2)