Perum Bulog Salurkan Beras Bagi Keluarga Wartawan Terdampak Covid 19

JABARNEWS | JAKARTA – Perum Bulog melalui PWI Peduli menyalurkan paket sembako berupa bantuan beras dan lainnya kepada keluarga wartawan yang ikut terdampak pandemi Covid 19 yang hingga saat ini masih terjadi di Indonesia.

Bantuan beras senilai Rp 20 juta tersebut diberikan langsung secara simbolis oleh Sekretaris Perum Bulog Awaludin Iqbal kepada Ketua PWI Pusat Atal S Depari didampingi Sekjen Mirza Zulhadi di Sekretariat PWI Pusat, Gedung Dewan Pers Kebon Sirih Jakarta Pusat, Selasa (07/07/2020).

Paket berupa beras, minyak tanah, telur, dan bahan pangan lainnya kata Awiludin digunakan terutama untuk kalangan keluarga wartawan yang perekonomiannya terganggu dampak wabah virus Corona.

“Bantuan sembako berupa beras, minyak goreng, telur dan bahan pangan lainnya, merupakan upaya Perum Bulog agar menstabilkan harga pangan pokok di pasaran,” ujarnya.

Dia menjelaskan, saat pandemi Covid 19 ini, keberadaan dan kiprah Buloh semakin dirasakan oleh masyarakat. Hal ini berkat dukungan pemberitaan yang luas oleh rekan-rekan wartawan. Misalnya di wilayah DKI Jakarta, dalam waktu singkat Bulog dapat mendistribusikan beras bantuan presiden dalam waktu 2 pekan sebelum dan 2 pekan sesudah lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah lalu.

Baca Juga:  Awas! Bukan Cuma Ruam, Gejala Cacar Monyet Juga ada Batuk dan Pilek

“Pendistribusian beras oleh Bulog itu terbukti dapat mengurangi tekanan terhadap pasar sehingga tidak bergejolak. Hal itu tampak dari stabilnya stok dan harga pangan, khususnya beras, pada masa menjelang dan setelah Idhul Fitri 1441 H pada akhir Mei silam,” ungkapnya.

Padahal biasanya, pada masa-masa menjelang dan setelah lebaran Idul Fitri terjadi gejolak pasar yang ditandai dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Apalagi saat itu, di berbagai wilayah sedang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Alhamdulillah, kali ini distribusi pangan lancar-lancar saja dan stok tetap terjaga,” tukasnya.

Awaludin juga mengakui, peran wartawan dan media jurnalistik tempat mereka bekerja punya posisi strategis dalam menenangkan masyarakat sehingga tidak terjadi kegaduhan yang tak berdasar. Menurut dia, dalam banyak kasus, kepanikan masyarakat dalam menyikapi suatu keadaan, seperti stok pangan, lebih banyak dipicu oleh faktor psikologis ketimbang kondisi pasar atau kenyataan di lapangan.

Baca Juga:  KPK Buka Rekrutmen CPNS 2023, Berikut Formasi, Besaran Gaji dan Tunjangannya

“Misalkan ketika diberitakan stok pangan “tinggal” sekian. Masyarakat panik sehingga terjadi gejolak pasar. Padahal, sesungguhnya yang terjadi selama ini adalah berkurangnya stok pangan di pasar masih tergolong aman dan dan kenaikan harga yang terjadi itu lantaran mengikuti hukum pasar. Kepanikan itu memicu gejolak pasar. Ditambah adanya oknum tertentu yang memainkan kondisi psikologis masyarakat itu,” sambung dia.

Dia mengimbau masyarakat tidak perlu panik dalam menyikapi peristiwa semacam itu karena sesuai dengan mandat yang ditugaskan pemerintah, Bulog mati-matian menjaga distribusi, kualitas, dan stok pangan, khususnya beras, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sementara Atal S Depari menyatakan pihakya sangat mengapresiasi kepedulian Bulog untuk berbagi kepada para korban terdampak Covid-19, terutama dari kalangan keluarga wartawan. Kepedulian itu patut diacungi jempol di tengah ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir.

Baca Juga:  Segera Hindari Jenis Makanan Dan Minuman Ini, Bisa Sebabkan Kulit Berminyak

“Bantuan Bulog ini sangat berarti wartawan dan keluarga wartawan yang terdampak Covid-19. Kita tidak tahu sampai kapan wabah ini akan berakhir,” katanya.

Atal Depari menambahkan, mengendalikan stok dan harga pangan agar tetap terjangkau oleh masyarakat tanpa terjadi kepanikan dan gejolak pasar seperti yang terjadi bagai siklus rutin pada periode tertentu selama ini.

“Gejolak seperti itu bukan hanya merugikan masyarakat selaku konsumen melainkan juga para petani sebagai produsen pangan. Saya kira, Bulog perlu diberikan mandat dan kesempatan untuk juga mengelola sektor pertanian sebagai ‘corporate farming’ selaku BUMN. Bulog perlu didukung instrumen yang memadai agar mampu menjalankan mandat pemerintah untuk mengamankan sektor hulu-hilir pangan, khususnya beras atau padi, jagung, dan kedelai (pajale),” pungkas Atal. (Rilis)