Penjelasan Sains Soal Sinar UV Terbukti Bisa Bunuh Covid-19

JABARNEWS | BANDUNG – Sinar ultraviolet telah digunakan untuk menghentikan patogen selama beberapa dekade. Tetapi apakah itu dapat bekerja melawan SARS-CoV-2 atau pandemi Virus Corona COVID-19? Jawaban singkatnya adalah ya.

Tetapi dibutuhkan jenis UV yang tepat dalam dosis yang tepat, dan diberikan oleh para profesional terlatih. Dengan kata lain, banyak perangkat sinar ultraviolet di rumah yang mengklaim dapat membunuh SARS-CoV-2. Demikian seperti dikutip dari laman Live Science, Senin (13/7/2020).

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, radiasi UV dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan panjang gelombang: UVA, UVB dan UVC. Hampir semua radiasi UV yang mencapai Bumi adalah UVA, karena sebagian besar sinar UVB dan semua sinar UVC diserap oleh lapisan ozon.

Baca Juga:  Prajurit TNI sampaikan Binkomsos kepada Ibu-ibu

Dan UVC, yang memiliki panjang gelombang terpendek dan energi tertinggi, yang dapat bertindak sebagai desinfektan.

“UVC telah digunakan selama bertahun-tahun, ini bukan hal baru,” ujar Indermeet Kohli, seorang ahli fisika yang mempelajari fotomedis dalam bidang dermatologi di Rumah Sakit Henry Ford di Detroit.

UVC pada panjang gelombang tertentu yakni 254 nanometer, telah berhasil digunakan untuk menonaktifkan influenza H1N1 dan Virus Corona baru lainnya, seperti virus pernapasan akut (SARS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV), katanya.

UVC-254 berfungsi karena panjang gelombang ini menyebabkan lesi pada DNA dan RNA. Paparan UVC-254 yang cukup merusak DNA dan RNA sehingga mereka tidak dapat mereplikasi, secara efektif membunuh atau menonaktifkan mikroorganisme atau virus.

Baca Juga:  Segera Disidangkan, Penahana Nikita Mirzani Ditambah

“Data yang mendukung teknologi ini, kemudahan penggunaan, dan sifat non-kontak” dari UVC menjadikannya alat yang berharga di tengah pandemi, kata Kohli.

Tetapi penggunaan yang bertanggung jawab dan akurat sangat penting. Kemampuan merusak DNA UVC membuatnya sangat berbahaya bagi kulit dan mata manusia, kata Kohli.

Dia memperingatkan bahwa teknologi desinfeksi UVC harus diserahkan ke fasilitas medis dan dievaluasi keamanan dan kemanjurannya oleh tim yang memiliki keahlian dalam bidang fotomedik dan fotobiologi.

Baca Juga:  Sebanyak 24 Armada Angkut 350 Ton Sampah di Aliran Sungai Bekasi

Ketika berbicara tentang lampu UVC rumahan, kemampuan mereka untuk merusak kulit dan mata bukan satu-satunya bahaya, menurut Dr. Jacob Scott, seorang dokter peneliti di Departemen Riset Hematologi dan Penelitian Onkologi di Klinik Cleveland.

Perangkat ini juga memiliki kontrol kualitas yang rendah, yang berarti tidak ada jaminan bahwa Anda benar-benar menghilangkan patogen, katanya.

“UVC memang membunuh virus, titik, tetapi masalahnya adalah Anda harus mendapatkan dosis yang cukup. Khususnya, untuk masker N95, dibutuhkan dosis UVC-254 nm yang cukup besar untuk menghilangkan SARS-CoV-2. Akurasi semacam ini tidak dimungkinkan dengan perangkat di rumah,” jelasnya. (Red)