Pertanyakan Bantuan Siswa, Ini Kata Direktur INFUS

JABARNEWS | BANDUNG – Persoalan proses pembelajaran siswa masih berkembang di sejumlah wilayah yang belum memiliki akses internet serta dirasakan oleh sejumlah siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu ditambah lagi pasca PSBB kemarin ekonomi masyarakat masih belum terpulihkan.

Direktur Indonesia Future Studies (INFUS) Gde Siriana Yusuf menyoroti hal tersebut, meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim memenuhi kebutuhan internet untuk siswa kurang mampu.

Menurutnya, selama proses belajar dirumah ini banyak fasilitas sekolah yang tidak di gunakan seperti penggunaan listrik, AC dan pengeluaran yang harus dibayar lainnya seharusnya bisa dialihkan untuk penyediaan kuota gratis yang dibagikan ke siswa kurang mampu.

“Selama belajar daring, listrik, AC dan air sekolah tidak terpakai. Mestinya Mendikbud pahami ini, seharusnya bisa dianggarkan pulsa gratis untuk siswa,” ujarnya Jumat (17/7/2020) kemarin.

Baca Juga:  Pilkades Seluruh Jawa Barat Bakal Ditunda, Ini Alasannya

Gde Siriana Yusuf melanjutkan, pemerintah tidak bisa lepas tangan dengan menyerahkan kepada orang tua terkait kebutuhan internet bagi siswa. Karena secara psikologis, anak dari keluarga yang tak mampu mengalami tekanan jika harus memikirkan uang untuk membeli kuota internet. Layanan internet gratis di masa pandemi corona mau tak mau harus ditangani pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, terkhusus pada siswa kurang mampu yang terkendala proses belajar daring dari rumah.

“Kewajiban negara sediakan fasilitas belajar. Pulsa atau paket internet saat Covid-19, juga termasuk fasilitas belajar yang harus disediakan negara, Anak-anak yang peka dengan kondisi ekonomi keluarganya kan berat hati untuk minta uang ke orang tua yang juga sedang susah karena tidak ada penghasilan. Akhirnya semua dipendam persoalan, tidak fokus belajar, nilai turun,” ungkap Gde Siriana.

Baca Juga:  Nenek Sebatang Kara di Subang Huni Rumah Nyaris Roboh

Gde Siriana membandingkan, baginya aneh jika negara bisa memfasilitasi pekerja dengan diberikan subsidi dengan program pelatihan, bahkan uang saku dalam Kartu Prakerja. Tetapi siswa yang diharuskan belajar dirumah tidak diberikan fasilitas internet.

“Adalah keanehan besar jika pekerja saja diberikan subsidi dengan program pelatihan, bahkan uang saku dalam Kartu Prakerja. Sedangkan siswa tidak dibantu gratis pulsa atau paket internetnya,” katanya.

Oleh karena itu, Gde Siriana berharap kepada Mendikbud menunjukkan political will untuk kebijakan khusus bantuan fasilitas belajar daring. Sebagai contoh solusi yang ditawarkannya adalah dengan membuat program khusus seperti halnya Kartu Prakerja.

“Harus jelas kebijakannya. Kebijakan beda dengan kebijaksanaan. Kebijakan harus ada payung hukumnya, terukur tujuan dan implementasinya, ada anggarannya. Pemerintah bisa buatkan program bantuan khusus siswa belajar daring, terdiri dari bantuan gratis paket internet. Negara bisa topup ke nomor HP siswa, atau dikasih sim card sudah terisi paket,” tuturnya.

Baca Juga:  Maksa Ikut Seleksi CPNS, Pasien Positif Covid-19 Ini Dipulangkan

Gde juga mengatakan, bantuan teknis bagi siswa yang masih kesulitan belajar daring alias gaptek, datang ke sekolah bergiliran untuk dapat bimbingan teknis. Ingat Indonesia luas, tidak semua mampu beli HP yang canggih, beli pulsa yang mahal. Jangan heran jika tidak semua paham belajar daring.

“Ingat Indonesia luas, siswa yang masih kesulitan belajar daring alias gaptek, datang ke sekolah bergiliran untuk dapat bimbingan teknis. Jangan heran jika tidak semua paham belajar daring, tidak semua mampu beli HP yang canggih, beli pulsa yang mahal,” pungkasnya. (Red)