Tak Nyaman Lama-lama di Gedung DPR Senayan, Ini Alasan Dedi Mulyadi

JABARNEWS | PURWAKARTA – Ruangan di gedung DPR RI Senayan Jakarta disebut Dedi Mulyadi rawan penularan virus corona. Pasalnya, minim ventilasi dan kebanyakan alat pendingin. Kondisi itulah yang membuat Dedi Mulyadi mengaku tak nyaman berlama-lama di dalam gedung DPR RI.

“Itu salah satu alasan saya jarang lama-lama di gedung DPR dan banyak keliling ke masyarakat karena gedung itu tak nyaman,” kata Dedi melalui sambungan telepon pribadinya, Senin (20/7/2020).

Setiap ia masuk kantor untuk rapat, ujar Dedi, ia menunggunya tidak di dalam ruangan, melainkan di luar sambil berkeliling. Sesekali ia menemui dan berbincang-bincang dengan satpam. Setelah jam rapat tiba, ia baru masuk ruangan.

Baca Juga:  Polri Sebut Jenazah Eril Diperkirakan Tiba di Indonesia Minggu Pagi

“Setelah rapat pun saya langsung pulang,” ujarnya.

Dedi menilai, gedung DPR layak direnovasi terutama berkenaan dengan ventilasi. Menurutnya, gedung itu harus memiliki banyak ventilasi dan mengurangi alat pendingin serta harus ada jendela yang bisa dibuka.

“Tinggal perbanyak pohon-pohon dan buka semua jendela saat siang hari agar ada sirkulasi udara,” jelasnya.

Baca Juga:  Istri Tertimbun Longsor Jembatan Di Purwakarta, Ini Kata Sang Suami

Dedi menceritakan, saat orang sibuk bahwa kantor tertutup tanpa ventilasi karena jadi tempat corona, ia mengaku sudah 15 tahun hidup di kantor dengan jendela terbuka. Hal itu terjadi saat ia mulai menjabat sebagai wakil bupati hingga bupati Purwakarta dua periode.

“Saya 15 tahun hidup di kantor dan rumah dengan jendela terbuka,” katanya.

Menurut Dedi, jendela di kantor harus terbuka agar sirkulasi udara lancar. Sirkulasi udara penting untuk memperbaharui udara di dalam ruangan. Siklus udara sangat penting bagi kehidupan manusia.

Baca Juga:  Sidak Tempat Panti Pijat Hingga SPA di Bekasi, Ini Hasilnya

“Jadi ketika saya mulai jadi wakil bupati, hal pertama yang saya lakukan adalah mengganti jendela kaca dengan kayu dan memastikan pendingin dimatikan,” katanya.

Dahulu di Purwakarta, kata Dedi, ada mitos bahwa bupati sering sakit. Menurutnya, hal itu wajar terjadi karena ruangan kerjanya selalu tertutup. Kondisi ruangannya sudah puluhan tahun tak berubah.

“Wajar sering sakit, tak ada ventilasi,” kata Dedi sembari tertawa. (Red)