Pengamat: Nadiem Harus Belajar Dari NU, Muhammadiyah dan PGRI

JABARNEWS | BANDUNG – Kemunduran Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak bisa disepelekan.

Dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (Kemendikbud) Nadiem Makarim harus bersikap serius mengenai kemunduran ketiga organisasi tersebut.

Pengamat politik dari Universitas Diponegoro Muhammad Mirza Harera mengatakan, mundurnya ketiga organisasi besar tersebut sudah memberikan sinyal pemancar masalah yang ada di dalam POP tersebut.

Baca Juga:  Heboh! Ada Guguran Lava Dikira Gunung Sinabung Erupsi

“Masalah ini terlihat serius karena dua ormas seperti NU dan Muhammadiyah mundur, artinya masalah tersebut sudah tidak bisa lagi diselesaikan secara musyawarah,” katanya.

Mirza juga mengatakan, Mendikbud Nadiem sudah seharusnya mengevaluasi POP yang tengah bermasalah itu, ia juga mengatakan Nadiem harus bisa merangkul kembali ketiga organisasi tersebut untuk kembali lagi berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Baca Juga:  Pilkada 2020, Polres Cianjur Minta Ikuti Protokol Kesehatan

“Biar bagaimanapun juga, mereka yang mundur memiliki peran dan sejarah kuat dalam sistem pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan siswa-siswi di daerah-daerah,” sambungnya.

Mirza menyebutkan, sebagai milenial yang pernah sukses dalam dunia usaha maka kecerdasan Nadiem pada dasarnya tidak diragukan lagi.

“Kita mengenal Mendikbud Nadiem sebagai orang yang pintar, tapi kalau soal pendidikan di Indonesia, dia harus belajar banyak dari NU, Muhammadiyah, dan PGRI,” tutur Mirza dikutip dari Rmol. Sabtu (25/7/2020)

Baca Juga:  Oded Minta Pembangunan Fisik Dituntaskan Sesuai Rencana

Dari pada membiarkan masalah POP berlarut-larut, menurutnya, Nadiem harus segera jemput bola dan menemui langsung NU, Muhammadiyah, dan PGRI untuk menyelesaikan masalah POP.

“Karena masalah pendidikan saat pandemik Covid-19 sangat serius. Masih banyak persoalan yang harus diperbaiki dari sistem belajar-mengajar saat ini terutama dalam hal infrastruktur,” pungkasnya. (Red)