Jangan ditanya bagaimana kondisi gubuknya, sebab hanya didirikan alakadarnya dan ditutupi terpal serta plastik bekas yang sudah bolong-bolong. Barang-barang bekas bercampur sampah pun beterbaran begitu saja. Di dalam gubuk pun sungguh sangat memperihatinkan. Beralas tanah dan kondisinya pengap, ditambah tumpukan barang bekas yang berantakan.
Baca Juga:
Pemkab Bandung Barat Batasi Pelayanan bagi Tamu, Ini Alasannya
Kunjungi PBNU, Kapolri Listyo Sigit: Kita Sinergikan Ulama dan Umara
Dalam pertemuan dengan Dedi Mulyadi pun terungkap, gubuk itu ditempati oleh empat orang. Terdiri atas seorang bapak yang sudah relatif sepuh dan istrinya, serta seorang pria muda juga dengan istrinya.
Kepada Dedi Mulyadi, pria sepuh itu mengaku ia sebelumnya seorang kondektur bus di Jakarta. Ketika menjadi kondektur, mobilnya mogok di dekat hutan yang kemudian didirikannya gubuk tersebut.
"Dulu waktu pertama ke sini, saya lihat ada satu saung (gubuk) di sini. Saya hampiri dan kenalan ternyata mereka satu keluarga. Saya tanya apakah saya boleh tinggal di sini, dia jawab boleh asal mau kerja keras berkebun. Saya mau, besoknya langsung saya babat," kata Bapak itu.
Halaman selanjutnya 1 2 3