Dedi Mulyadi Usul KBM Tatap Muka di SD Pedesaan Dibuka, Ini Alasannya

JABARNEWS | PURWAKARTA – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyarankan kepada pemerintah membuka kembali kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Namun yang harus dilakukan adalah siswa SD di pedesaan.

Dedi Mulyadi menilai belajar online untuk mencegah penularan Covid-19 tidak cocok bagi siswa SD di pedesaan.

“Kalau saran saya, KBM tatap muka di desa yang sudah klin harus dibuka, terutama untuk SD. Sebab, kalau pakai daring (online) nggak cocok,” kata Dedi Mulyadi saat melalui sambungan telepon, Senin (3/8/2020).

Baca Juga:  Senang Memakan Buah? Waspada Overdosis

Menurut Dedi Mulyadi, sistem belajar online untuk siswa SD di pedesaan tidak akan efektif. Karena, rata-rata mereka tidak memiliki ponsel. Selain itu, untuk siswa SD, belajar membaca dan menulis via online tidak akan berhasil.

“Siswa SD itu butuh panduan langsung dari guru, terutama untuk belajar membaca dan menulis. Kalau melalui daring akan sulit,” ujarnya.

Dedi Mulyadi menuturkan, belajar online hanya cocok untuk siswa SD di perkotaan. Sebab, rata-rata siswa SD di kota sebelum masuk SD sudah bisa membaca dan menulis. Kemudian, sarana pendukung belajar online pun rata-rata sudah tersedia dan memadai. Siswa SD di kota kebanyakan sudah memiliki gawai dan jaringan internet tersedia.

Baca Juga:  Pengamat UGM: Pemilu 2024 Semakin Dekat, Diskursus Masih Terjebak pada Isu Figur Bukan Program

Selain itu, untuk mendukung belajar tatap muka siswa SD, memerlukan prasyarat, salah satunya adalah test swab untuk para guru. Ia menyebutkan, rata-rata jumlah guru yang ada di kota atau kabupaten di Jawa adalah sekitar 9.000 orang.

Baca Juga:  Wisata Alam di Gunung Ciremai Dibuka Lagi, BTNGC: Capai 22 Ribu Pengunjung

Mereka bisa ditest swab atau PCR kalau pemerintah mampu menyediakan alat tes PCR di setiap kecamatan. Minimal satu unit. Jika alat tes PCR tersedia di kecamatan, maka para guru bisa dites sebelum melaksanakan belajar tatap muka.

“Dari awal saya sudah beberapa kali mengusulkan agar ada tes PCR di setiap kecamatan, sehingga penanggulangannya bisa terfokus. Ini yang saya sebut penanggulan Covid berbasis kecamatan atau desa,” jelas. (Red)