Wariskan Kaulinan Sunda, Pemuda Desa Cisayong Gelar Lomba Permainan Tradisional

JABARNEWS | TASIKMALAYA – Dalam ranka Perayaan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke-75 menjadi salah satu momentum untuk mengenalkan kembali ‘Kaulinan Barudak Sunda’ yang memiliki nilai kearifan lokal dan merupakan warisan leluhur yang harus tetap terjaga dan dilakukan secara turun temurun oleh generasi milenial dan generasi Z sekarang ini.

“Sebagai generasi muda milenial tetap harus menjunjung tinggi identitas dengan tidak pernah melupakan jati diri kita,” kata Panitia Penyelenggara kegiatan, Egi Supriadi, Sabtu (22/8/2020).

Baca Juga:  Angin Puting Beliung Terjang Tiga Kecamatan Di Serdang Bedagai

Dalam kegiatan tersebut ada beberapa permainan Sunda atau permainan tradisional yang dilombakan; Jajangkungan, Oray-orayan, Sasalinpetan, Perepet jengkol, Bakiak.

Selain itu, kegiatan yang dilakukan di Kampung Wangun, Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya ini sekaligus memperkenalkan kampung wangun sebagai kampung kolecer.

“Kita juga mengenalkan kampung wangun sebagai kampung kolecer,” ucap Egi.

Meskipun kegiatan ini kata Egi baru pertama kali digelar di Desa Cisayong, hal ini berlandaskan dari keinginanannya untuk mempertahakan warisan budaya tersebut. Egi melihat, pesatnya teknologi saat ini, jangan sampai masyarakat kehilangan ciri khas, jati diri dan kearifan lokal. Melalui permainan tradisional yang digelar, semua itu coba dijaga dan dilestarikan.

Baca Juga:  Begini Cara Bupati Purwakarta Atasi Pengangguran Dimasa Pandemi Covid-19

“Kita baru pertama kali mengadakan kegiatan lomba permainan tradisional atau kaulinan sunda di tempat ini. Sejauh apapun jaman berkembang dan moderenisasi harus diterima, namun tetap harus ada filter serta jati diri harus dipertahankan,” ungkap Egi.

Baca Juga:  PSBB, Bus Cirebon-Jakarta Sudah Tidak Beroperasi

Kepala Desa Cisayong Yudi Cahyudin mengapresiasi lomba kaulinan barudak ini, agar dapat terus dilestarikan meskipun sudah banyak permainan modern.

Dia mengaku miris melihat anak sekarang bermain dengan smartphone-nya sendiri-sendiri dan tidak mengenal lingkungannya.

“Padahal kalau dulu kita suka rame-rame dan bareng-bareng bermain permainan seperti ini. Mudah-mudahan mereka pun bisa mengenal sekligus terus melestarikan warisan leluhur ini,” kata Yudi. (Red)