Harga Tomat Sentuh Rp 600, Panen pun Petani Gigit Jari

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Di masa pandemi Covid-19 ini para petani sayuran di Lembang, Kabupaten Bandung Barat harus gigit jari. Mereka merugi lantaran harga hasil panen merosot tajam.

Harga tomat yang biasanya dijual oleh petani hingga Rp 9.000 per kilogram, kini menjadi Rp 1.000, bahkan pernah Rp 600. Harga cabai yang biasanya Rp 30.000-40.000 per kilogram sekarang menjadi Rp 7.000 per kilogram.

“Semua jenis sayuran sekarang harganya anjlok, sudah dua bulan, termasuk tomat dan cabai,” ujar Tihar (46), petani asal Desa Cibodas, Sabtu (22/8/2020).

Baca Juga:  Mulai 24 April, Perjalanan Kereta Jarak Jauh Dihentikan

Akibat dari penurunan harga tersebut, menurut Tihar, keuntungan hingga ratusan juta yang biasa diperoleh dalam sekali panen kali ini tak akan terjadi.

Padahal, terang dia, untuk sekali panen dirinya harus mengeluarkan biaya operasional hingga Rp 130 juta. Kebutuhan biaya itu untuk menggarap lahan yang ditanami tomat dan cabai seluas dua hektare.

“Kalau harganya Rp 5.000 saja, sekali panen itu biasanya dapat sampai Rp 300 juta. Kalau sekarang, buat menutupi modal saja belum balik,” keluhnya.

Baca Juga:  Pulihkan Ekonomi di Daerah, DPRD Jabar Minta Pemprov Perhatikan Sektor Pertanian

Menurut dia, penyebab anjloknya harga sayuran dipivu oleh kondisi ekonomi masyarakat yang terpuruk. Daya beli masyarakat yang turun itu terjadi setelah muncul pandemi Covid-19.

Jika dalam dua bulan ke depan kondisi masih seperti ini, dia meyakini, petani menengah ke bawah akan gulung tikar. “Karena kondisinya kaya gini, jadi lebih banyak di rumah saja,” ujarnya.

Dia berharap, pemerintah dapat mengambil peran dalam untuk sektor pertanian. “Pemerintah belum turun tangan sampai saat ini, tidak ada jaminan untuk petani,” kata Tihar.

Baca Juga:  Ini Dia Tips Diet Sehat

Petani lainnya asal Desa Suntenjaya, Yanyan (47) mengaku, harga tomat saat ini malah bikin buntung. Oleh karema itu, dia lebih memilih membiarkan sayurannya membusuk dan berjatuhan di kebun.

“Daripada nombok untuk bayar orang yang metik, ya sudah dibiarkan saja. Namun, kalau ada pekerja yang mau metik terus dijual oleh dia, ya silahkan,” katanya. (Yoy)