Tambah Jurusan Baru SMK, Ridwan Kamil Tekankan Kurikulum Digital

JABARNEWS | BANDUNG – Dalam upaya menghadapi tantangan global dan persaingan yang semakin ketat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat tengah memperiapkan Sumber Daya Manusian (SDM) yang memiliki kualitas unggul sehingga mampu bersaing.

Upaya tersebut dijelaskan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang menerapkan kurikulum berbasis teknologi sehingga mampu beradaptasi dengan rovolusi industri 4.0 pada pemelajaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

“Sekolah Kejuruan di Jabar harus berlandaskan kurikulum digital, tapi apapun jenis kurikulum barunya, kemampuan digital adalah kewajiban,” kata Ridwan Kamil dalam acara webinar ‘Tata Kelola Pendidikan yang Kreatif dan Efektif’ yang diselenggarakan IKA-MP Universitas Negeri Jakarta di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Minggu (23/8/2020).

Baca Juga:  Banyak Petahana Maju di Pilkada, Berikut Para Pejabat Sementara Pilihan Ridwan Kamil

Dalam hal ini, Ridwan Kamil mengatakan, selain dari pada penerapan kurikulum yang berbasis digital, Pemprov Jabar juga menambah jurusan baru yang akan di terapkan di beberapa sekolah SMK di Jabar seperti halnya SMK Kemaritiman di wilayah Pantura.

Baca Juga:  Ridwan Kamil Menyayangkan dan Mengutuk Keras Kejadian Ini

“Kami sudah menyiapkan sekolah kemaritiman di Pantura karena di masa depan ekonominya sudah kami hitung akan banyak dibutuhkan lulusan yang paham ekspor-impor di zona pelabuhan yang ada di utara Jabar,” katanya.

“Jabar bagian selatan memiliki potensi di bidang pertanian dan pariwisata. Itu sudah kita arahkan. Tapi tetap semuanya berbasis digital,” lanjutnya.

Menurutnya, digitalisasi di bidang pendidikan amat penting dan akan dilakukan Pemprov Jabar. Ia mencontohkan bagaimana sekolah yang sudah berbasis digital mampu menerapkan metode pembelajaran jarak jauh dengan baik di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga:  Melok Bestari Minta Ridwan Kamil Terapkan Rabu Nyunda di Jabar

“Makanya saya bilang digital ini bukan pilihan tapi skill yang wajib dimiliki. Kita geser yang tidak relevan dengan situasi dan kebutuhan industri sekarang atau yang tidak relevan dengan tantangan zaman dengan cara dan orientasi baru,” tutup Ridwan Kamil. (Red)