Kampung Ini Jadi Lokasi Wisata Edukasi di Kabupaten Purwakarta

JABARNEWS | PURWAKARTA – Di Kampung Tajur, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kehidupan masyarakatnya masih mempertahankan adat dan budaya warisan leluhur. Hal itu menjadikan kampung ini menjadi lokasi destinasi wisata edukasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Purwakarta.

Di kampung Tajur, para wistawan yang didominasi pelajar atau pun mahasiswa itu dapat mengambil pelajaran bagaimana cara berkehidupan masyarakat kampung yang hingga saat ini masih mempertahankan warisan dari masyarakat tempo dulu atau leluhurnya.

“Wisatawan kebanyakan dari pelajar, di sini (Kampung Tajur.red) wisatwan dapat secara langsung belajar bagaimana kehidupan masyarakat di kampung, seperti bercocok tanam, dari mulai proses menanam padi, menumbuk padi, hingga memasak nasi dengan menggunakan kayu bakar di tungku (hawu),” ungkap Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa (Pjs Kades) Desa Pasanggrahan, Agus Koswara, Rabu (26/8/2020).

Baca Juga:  Pemerintah Siapkan Program Mudik Gratis, Ini 14 Daerah yang Menjadi Tujuan

Wisatawan, sambung Agus, kebanyakan berasal dari luar daerah Purwakarta bahkan luar daerah Jawa Barat. Setiap tahunnya jumlah wisatawan mencapai ribuan orang, terlebih sebelum adanya pandemi Covid 19.

“Rata- rata serahun 7.000 orang wisatawan bahkan pada tahun 2012 mencapai 12.000 orang. Tapi setelah pandemi Covid-19 saat ini, wisatawan terus menurun bahkan sementara waktu memang kami tidak mengijinkan saat ada sekolah atau intansi mengajukan kunjungan kesini,” ucap Agus.

Selain wisatwan dari berbagai sekolah, lanjut dia, intansi dan masyarakat umum dari sejumlah kota di Indonesia juga kerap mendatangi kampung tersebut. Bahkan, sejumlah wisatwan dari luar negri pun sempat mengunjungi Kampun Tajur.

“Pada tahun 2017 sempat ada kunjungan wisatwan perwakilan dari 24 negara, dari mulai pelajar, mahasiswa hingga pejabat pemerintahan. Seperti dari Malaysia, Korea, Amerika dan lainnya,” imbuhnya.

Baca Juga:  Temu Kangen Purnawirawan dan Warakawuri Polsek Gempol Cirebon

Sementara, tambah Agus, untuk memfasilitasi wisatwan yang ingin mengambil pelajaran hidup di kampung tajur. Para wisatwan dapat tinggal secara langsung di rumah penduduk dan mengikuti keseharian warganya. Dari mulai bercengkrama secara langsung dengan warga, kata Agus, wisatawan juga dapat mengikuti rutinitas warga seperti melakukan pekerjaan di kebun dan sawah.

“Per satu malam, wisatwan dapat tinggal bersama di rumah warga dengan biaya sekitar 200- 250 ribu rupiah. Di kampung tajur dari sekitar 58 rumah dan sekitar 45 rumah diantaranya dapat disewa wisatawan,” jelasnya.

Terpisah, Mak Ati (60) salah satu warga Kampung Tajur mengatakan, selain mengikuti rutinitas warga kampung, wisatawan juga diajarkan bagaimana cara memasak nasi dengan peralatan sederhana dan menggunakan tungku (Hawu).

Baca Juga:  Mahfud MD : Jokowi Tetapkan Pemilu di Tahun 2024

“Mungkin bagi orang kota mah memasak dengan peralatan sederhana dan dimasak di Hawu aneh dan tidak biasa. Dan biasanya anak- anak atau wisatawan senang jika diajarkan hal- hal seperti itu. Bahkan banyak yang minta diajarkan bagaimana cara menanam padi di sawah, hingga menumbuk padi dengan lisung dan lainnya” ucap Ati.

Mak Ati berharap, Pandemi Covid-19 yang saat ini masih terjadi dapat segera berlalu sehingga kembali meningkatkan pengunjung ke kampung tajur. Kunjungan wisatwan sangat diharapkan warga mengingat dapat membantu perekonomian.

“Sejak ada Corona, wisatawan sepi. Jadi nggak ada lagi wisatawan yang menyewa rumah atau minta diajarkan cara bercocok tanam dan lainnya. Semoga saja situasi kembali pulih dan wisatawan kembali ramai datang ke kampung Tajur,” harapnya. (Gin)