Bosan Liburan Gitu-gitu Aja? Main Ke Kampung Tajur, Ada Fasilitas Kearifan Lokal

JABARNEWS | PURWAKARTA – Mengisi waktu liburan tak harus melulu dengan ketersediaan fasilitas wisata modern. Namun, bisa juga mendefinisikan liburan sebagai waktu yang tepat untuk belajar. Belajar sambil bermain dan menciptakan keseruan lain yang tak kalah menarik.

Kampung Tajur berlokasi di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupten Purwakarta bisa menjadi rekomendasi sebagai wisata edukatif.

Kampung yang berada di kaki kawasan Gunung Burangrang, dari puluhan rumah yang berada kampung Tajur bergaya model rumah panggung dengan model dan cat serupa yakni perpaduan warna hitam putih.

Warna hitam putih diyakini warga setempat mengandung filosopi yang berarti tanah dan air sebagai sumber kehidupan.

Baca Juga:  Persib Targetkan Juara di Piala Walikota Solo

Wisata edukasi yang satu ini menyediakan berbagai fasilitas kearifan lokal yang dapat diikuti oleh semua kalangan, baik pelajar maupun masyarakat pada umumnya.

Pejabat Sementara Kepala Desa (Pjs Kades) Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Agus Koswara mengatakan, wisatawan dapat bermalam di homestay atau rumah warga bernuansa panggung.

Di kampung Tajur, para wisatawan dapat bercengkrama bersama pemilik rumah sebelum memulai semua aktivitas pada pagi harinya.

Wisatawan akan merasakan keseharian pemilik rumah, misalnya petani maka akan dikenalkan cara membajak sawah, menanam padi, bersihkan area sawah dari rerumputan liar dan lainnya.

Baca Juga:  Direktur RSD Gunung Jati Positif Terpapar Covid-19, Pelayanan Kesehatan Gimana?

“Kalau peternak, maka wisatawan akan belajar cara mengurus hewan ternak. Kalau petani ya wisatawan akan belajar bertani juga,” ungkap Agus, saat ditemui disela-sela kegiatanya, Jumat (28/8/2020).

Tak hanya itu, lanjut dia, wisatawan juga akan diperkenalkan bagaimana menanak nasi di atas tungku perapian, orang sunda biasa menyebutnya hawu.

Ditambahkannya, wisatawan juga akan diperkenalkan cara mengolah padi menjadi beras dengan cara ditumbuk dalam wadah yang dapat mengerluarkan bunyi-bunyian.

“Tentu wisatawan harus bermalam di sini karena wisata edukasi tidak bisa selesai dalam sehari, minimal tiga hari dua malam,” ujar Agus.

Baca Juga:  Ini Daftar Nama Pemain Timnas Indonesia di Ajang Piala AFF U-19

Adapun harga sewa homestay, Agus menyebut, sekitar Rp. 200 ribu hingga Rp.250 ribu rupiah permalam belum termasuk makan selama berada di Kampung Tajur.

“Sebetulnya pemilik rumah tidak menetapkan tarif, tapi biasanya wisatawan memberikan uang sewa kisaran segitu,” jelas Agus.

Sementara, Mak Ati (60) salah seorang warga setempat, mengaku wisatawan biasa diajak ke sawah menanam padi atau membersihkan area sawah dari rerumputan liar.

Kemudian memasak menggunakan tunggu setelah sebelumnya mencari kayu bakar.

“Saya ajak bertani ke sawah karena keseharian saya memang petani,” ucap dia. (Gin)